Sabtu, 31 Maret 2012

TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PERANANNYA DALAM TRANSPORMASI PENDIDIKAN


BAB   I
PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia sekarang ini dan di masa mendatang merupakan masyarakat yang berbudaya teknologi, yaitu bahwa perkembangan teknologi telah berlangsung sedemikian rupa hingga tersebar luas dan mempengaruhi segenap bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Oleh karena itu teknologi perlu digunakan lebih bermakna, berdaya guna dalam bidang pendidikan kearah terwujudnya cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah berlangsung begitu pesat hingga menembus batas-batas Negara bahkan kedaulatan atas wilayah. Arus komunikasi yang mengalir dari Negara maju tidak mungkin dibendung. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negative dari arus komunikasi dan informasi tersebut adalah dengan memperkuat ketahanan masing-masing anggota masyarakat melalui pendidikan yang memanfaatkan teknologi yang bersangkutan.
Akhir-akhir ini pendidikan disoroti secara tajam baik oleh masyarakat, pemerintah, peserta didik, lulusan maupun oleh insan pendidik sendiri. Sayangnya sorotan itu tidak merata sehingga menerangi seluruh aspek pendidikan, melainkan terfokus pada aspek tertentu saja. Salah satu fokus sorotan itu adalah insan pendidikan terutama guru dan lembaga pendidikannya. Sorotan tajam yang menimpa guru dan lembaga pendidikannya itu mungkin didasarkan pada anggapan bahwa peranan mereka sangat menentukan dalam pembangunan pendidikan. Sehingga
apabila mereka kurang berperanan maka pembangunan pendidikan akan terhambat. Sorotan itu rupanya telah menghasilkan kesimpulan  bahwa mereka belum melakukan peranannya dengan baik, dan karena itu mendapat prioritas untuk dibenahi dan disempurnakan.
Diajukannya RUU Pendidikan Nasional seharusnya dapat memperluas dan mempertajam fokus sorotan itu keseluruh sistem pendidikan (komponen, fungsi, tujuan maupun organisasi dan strukturnya) serta sekaligus membangkitkan kesadaran semua pihak bahwa sistem pendidikan kita perlu ditata kembali secara menyeluruh selaras dengan situasi dan kondisi yang telah berubah, serta sesuai pula dengan tuntutan dan harapan masa depan. Usaha pembenahan dan penyempurnaan karena itu tidak dilakukan secara tambal sulam atas unsur-unsur tertentu saja.
BAB  II
PEMBAHASAN

A.        Gejala yang Diamati
Sistem pendidikan dalam dasawarsa terakhir ini telah mengalami pertumbuhan yang sangat mengesankan. Seperti halnya pendidikan dasar telah dapat ditingkatkan pada jenjang sekolah menengah pertama bagi semua anak Indonesia. Salah satu asumsi yang mendasari usaha pemekaran ini adalah bahwa penambahan tentang waktu belajar ini akan memperbaiki mutu tenaga kerja, meskipun mesti harus dipertanyakan isi dan strategi pelaksanaannya. Kita semua tahu bahwa pertumbuhan yang sangat pesat ini akan dapat membawa akibat yang berlawanan terhadap mutu.
Masih banyak orang awam, atau bahkan para pakar sekalipun yang berpendapat bahwa tugas pendidikan yang utama adalah mengalihkan (mentrasfer) pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Apalagi kenyataan banyak menunjukkan bahwa yang dialihkan itu terutama meliputi aspek kognitif saja (menghafal, mengulang, menyebutkan, dan sebagainya). Memang benar ada nilai religi yang harus dilestarikan, namun dalam perkembangan zaman ini lebih banyak lagi nilai-nilai, terutama yang berasal dari kebenaran penginderaan dan kebenaran ilmiah, yang mengalami perubahan, sehingga tidak seyogyanya dilestarikan.
Struktur organisasi pendidikan sekarang ini masih saja sama seperti seabad yang lalu, padahal sektor kehidupan yang lain sudah mengalami perubahan. Pendidikan formal yang mengejawantahkan dalam bentuk sekolah, dibakukan dengan ruangan yang dibatasi empat dinding, diisi sejumlah anak seusia, diajar dan diawasi oleh seorang guru. Guru mempunyai kewenangan tunggal dalam menentukan kegiatan dan menilai hasilnya. Akibatnya, berbagai sumber untuk belajar yang ada dimasyarakat, tidak dapat dimanfaatkan.
Guru dianggap sebagai satu-satunya tenaga pendidik yang berwewenang mengajar. Memang kenyataan yang ada sekarang menunjukkan bahwa guru merupakan penguasa tunggal dalam proses belajar mengajar. Bahkan sekarang ini, guru justru dibebani banyak tugas hingga tidak mampu menjalankannya secara efektif. Seharusnya tugas utama guru adalah “mengawasi, meneladani dan membangkitkan semangat” kalau motto “Tut Wuri Handayani” masih dipergunakan.
Kita semua menyadari bahwa ilmu pengetahuan berkembang terus, dan jumlah maupun kualitas infomrasi berkembang secara eksponensial. Tidak mungkin bagi seseorang menguasai pertambahan informasi itu dengan jalan menimbun data atau fakta di otaknya. Namun yang terjadi sekarang justru menambah mata pelajaran baru atau materi baru ke dalam kurikulum. Memang benar bahwa perkembangan ilmu pengetahuan menuntut kita untuk belajar lebih banyak, lebih cepat dan lebih berdaya guna. Akan tetapi bukan berarti yang kita pelajari adalah harus berupa fakta.
Teknologi telah berkembang dengan pesat, dan budaya kita pun telah dipengaruhinya, telah terjadi perubahan sosial dengan berkembangnya teknologi. Kebanyakan orang masih memandang teknologi sebagai produk dengan rujukan benda-benda yang dapat membuat hidup lebih nyaman. Teknologi belum dapat kita manfaatkan sedemikian rupa sehingga timbul penemuan sosial (social invention), meskipun teknologi itu sudah menghasilkan perubahan sosial. Dengan demikian teknologi itu tidak dapat dituntut tanggung jawabnya bila terjadi sesuatu akibat negatif. Pencegahan akibat negatif itu dapat dilakukan dengan pendekatan isomorfi, yaitu dimana dua struktur kompleks yang berbeda dipadukan sedemikian rupa untuk saling mengisi dan melengkapi. Dan masih banyak lagi gejala-gejala yang dapat dijadikan pertimbangan mengapa transformasi diperlukan.[1]

B.         Beberapa Kecenderungan Pendidikan
Perkembangan masyarakat akan membawa pengaruh terhadap perkembangan nilai, prinsip, dan prosedur dalam pendidikan. Dahulu, misalnya nilai yang dianggap baik adalah “patuh” tanpa mempertanyakan alasan dan tujuan; dan mengulang-ulang (drills) dianggap sebagai prosedur mengajar yang paling baik diterapkan untuk segala macam bidang ajaran.
Berbagai usaha pembaruan (reformasi) memang telah dilakukan, namun kini yang sebenarnya diperlukan adalah transformasi pendidikan.  Dimana hakikat, lembaga dan fungsi pendidikan dikembangkan dengan sistem nilai, prinsip dan prosedur baru secara menyeluruh. Beberapa kecenderungan baru berikut ini, dapat dijadikan dasar pertimbangan perlunya usaha transformasi pendidikan itu.
1.      Belajar menyelidik
      Meliputi kemampuan seseorang dalam menggunakan proses dan prosedur intelektual untuk memecahkan masalah akademis maupun praktis yang sedang dihadapinya. Dalam kalangan ilmu alamiah kemampuan ini disebut dengan “belajar menemukan” (discovery learning)  dan dalam kalangan ilmu budaya disebut dengan “belajar berkreasi” (creatifity learning).  Prinsip ini dalam pelaksanaannya dicerminkan dengan berkurangnya penjelasan atau ceramah oleh guru, dan dengan meningkatnya kegiatan meneliti  baik secara mandiri maupun kelompok oleh peserta didik. Heathers (1970) berpendapat bahwa fungsi pendidikan yang paling penting adalah mengembangkan kemampuan menyelidik tiap orang agar ia dapat memecahkan persoalan hidupnya sendiri, serta merupakan peserta yang efektif dalam memecahkan masalah kelompok. Prinsip ini serasi digunakan dalam masyarakat dimana pengetahuan dan penerapannya mengalami perubahan yang cepat.[2]
2.      Belajar mandiri
Yaitu berupa pengarahan dan pengontrolan diri dalam memperoleh dan menggunakan pengetahuan. Kemampuan ini sangat berkaitan dengan belajar menyelidik. Kemampuan ini sangat penting, dimana keberhasilan dalam kehidupan akan diukur dari kesanggupan dalam bertindak dan berpikir sendiri, dan tidak bergantung kepada orang lain. Paling sedikit ada dua kemungkinan untuk melaksanakan prinsip ini, yaitu :  pertama, digunakan program belajar yang mengandung petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta didik dengan bantuan guru yang minimal, dan kedua,  melibatkan siswa dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajarnya sendiri.
3.      Belajar struktur bidang studi
Materi atau informasi dalam bidang studi berkembang terus sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Karena informasi yang terus berkembang dan keterbatasan manusia, maka cara yang lebih bermakna adalah apabila kita mampu mempelajari gagasan umum yang dijadikan dasar dalam menyusun, menafsirkan dan memperkirakan gejala yang ada dalam bidang studi itu, atau dengan kata lain mempelajari struktur bidang studi. Mempelajari struktur ini dapat dilakukan melalui pemahaman konsep, prinsip, prosedur dan model teoritik. Cara ini akan lebih ekonomis dan praktis. Memang ada sejumlah informasi dan fakta dasar yang harus dikuasai, namun dengan menguasai struktur tersebut fakta dan informasi selanjutnya dapat disimpan dalam berbagai macam sarana bantu yang dapat diambil kembali sewaktu-waktu diperlukan.
4.      Belajar mencapai penguasaan
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap peserta didik mampu menguasai apa yang dipelajarinya. Asumsi lama menilai bahwa keberhasilan belajar dengan jalan membandingkan dengan teman sekelompoknya. Sedangkan asumsi baru membandingkannya dengan penguasaan atas tujuan yang telah ditetapkan lebih dulu. Penguasaan atas tujuan ini menjadi standar bagi semua peserta didik, dengan ketentuan bahwa tiap peserta didik mendapat tugas yang sesuai dengan kemampuannya, serta bahwa kepada mereka itu dapat disediakan bahan, waktu dan bimbingan yang diperlukan untuk keberhasilannya. Dengan prinsip ini maka peranan utama guru adalah mengelola kegiatan belajar peserta didik dan memberikan bimbingan yang diperlukan.
5.      Pendidikan untuk perkembangan kepribadian
Perkembangan ini merupakan perkembangan segala aspek kepribadian secara utuh, bukan hanya menekankan pada aspek kognitif saja, melainkan pula keyakinan, minat,dan nilai yang membentuk pribadi seseorang. Prinsip ini dapat ditunjang pelaksanaannya di sekolah jika sejak dini anak dilatih untuk mampu mengarahkan kegiatan dirinya, dan berdisiplin dalam melaksanakannya.
6.      Pendekatan sistem
Dalam bidang pendidikan digunakan dalam proses pemecahan masalah yang berorientasikan pada kepentingan peserta didik. Proses tersebut merupakan proses yang berkelanjutan yang senantiasa diperbaiki sesuai dengan adanya masukan baru.
7.      Persebaran waktu
Pendidikan itu berlangsung sepanjang waktu, terutama waktu jaga setiap orang merupakan waktu yang potensial untuk terselenggaranya pendidikan. Dengan demikian suatu sistem pendidikan itu hendaknya tidak dibatasi pada waktu sekolah saja, melainkan pula waktu-waktu yang lain.
8.      Persebaran tempat
Prinsip ini berkaitan erat dengan persebaran waktu, maka pendidikan itu pada dasarnya dapat berlangsung dimana saja. Namun, apabila dikehendaki agar pendidikan itu terarah dan terawasi perlu ditata bentuk kelembagaan dan tata caranya. Penataan itu tak harus secara formal tetapi dapat berkembang sebagai suatu kebiasaan dalam masyarakat.
9.      Keanekaragaman sumber
Pada awal kebudayaan, manusia memperoleh pendidikan dari alam sekitarnya. Hingga kemudian ada orang yang diberi wewenang untuk memberikan pendidikan yang disebut “guru”. Namun, guru bukanlah satu-satunya sumber bagi peserta didik untuk memperoleh pendidikan. Guru hanya salah satu sumber insani yang masih harus dilengkapi dengan sumber non insani berupa lingkungan, alat, media dan sebagainya.
10.  Diferensiasi peranan
Sejalan dengan adanya berbagai macam sumber insani, maka guru harus berbagi peranan dengan orang-orang yang mempunyai tugas dan fungsi instruksional. Dengan demikian guru tidak lagi mempunyai kewenangan tunggal dalam proses instruksional.
11.  Ekonomi pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses yang menciptakan hasil, tidak mungkin terbebas dari pertimbangan ekonomi. Ditinjau dari segi pembiayaan komponen, pembiayaan untuk guru merupakan jumlah yang terbesar, karena itu harus dapat digunakan seefisien dan seefektif mungkin.
12.  Perkembangan teori dan prinsip
Ilmu pendidikan bukan merupakan disiplin yang mati, melainkan terus berkembang seiring dengan perkembangan daya pikir, keadaan dan kebutuhan manusia. Sebagai ilmu terapan, pendidikan pada mulanya banyak mengambil ajaran dari ilmu-ilmu murni. Ajaran itu kemudian diramu dan dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan dalam mensistematisasikan pengamatan, memberikan penjelasan, membuat prediksi dan menyusun hipotesis atas gejala yang dipelajarinya. [3]

C.        Konsep Teknologi Pendidikan Dan Kemungkinan Penerapannya.
Teknologi pendidikan sebagai suatu konsep yang relatif masih baru, mengandung sejumlah gagasan dan rujukan. Gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar setiap pribadi dapat berkembang semaksimal mungkin dengan jalan memanfaatkan teknologi sedemikian rupa hingga selaras dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan rujukan konsep itu merupakan hasil sintesis dari gejala yang diamati dan  kecenderungan yang ada. Rujukan itu meliputi hal-hal berikut ini sebagai satu kesatuan.
1.      Adanya orang-orang belajar yang belum cukup memperoleh perhatian tentang kebutuhannya, kondisinya, dan tujuannya.
2.      Adanya peserta didik yang tidak cukup memperoleh pendidikan dari sumber-sumbernya, dan karena itu perlu dikembangkan dan digunakan sumber baru.
3.      Adanya sumber-sumber baru berupa orang, pesan, bahan, alat, cara-cara tertentu dalam memanfaatkan orang, pesan, bahan dan alat, serta lingkungan tempat proses belajar itu berlangsung.
4.      Adanya kegiatan yang bersistem dalam mengembangkan sumber-sumber belajar itu yang bertolak dari landasan teori tertentu dan hasil penelitian, yang kemudian dirancang, dipilih, diproduksi, disajikan, digunakan, disebarkan, dinilai dan disempurnakan.
5.      Adanya pengelolaan atas kegiatan belajar yang memanfaatkan berbagai sumber, kegiatan menghasilkan atau memilih sumber-sumber belajar, serta orang dan lembaga yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar kegiatan lebih berdaya guna, berhasil guna dan produktif.[4]
Bentuk penerapan praktis konsep teknologi pendidikan sebagai berikut :
1.      Tersedianya dan dimanfaatkannya sumber-sumber yang memungkinkan orang untuk belajar.
2.      Dilaksanakannya fungsi pengelolaann dan pengembangan dalam proses pengadaan dan pemakaian sumber belajar.
3.      Meningkatnya jenjang pengambilan keputusan belajar hingga tingkat penyusunan kurikulum.
4.      Timbulnya berbagai jenis pola instruksional, yang dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       guru saja yang berinteraksi dengan murid.
b.      sumber belajar lain yang berfungsi melalui guru
c.       pembagian peranan instruksional antara guru dengan sumber belajar lain
d.      sumber belajar lain selain guru yang digunakan dalam pembelajaran
5.      Timbulnya berbagai alternative kelembagaan kegiatan pendidikan dengan rentangan antara sekolah tradisional hingga jaringana belajar yang mengandung kriteria formalitas penyelenggaraan, kewenangan, pengelolaan, dan keragaman sumber belajar.
6.      Adanya standar mutu bahan ajaran dan pilihan bahan ajaran standar yang lebih banyak.
7.      Berkurangnya keragaman proses pengajaran, namun dengan mutu yang lebih baik.
8.      Dilakukannya perencanaan dan pengembangan pembelajaran oleh para ahli yang khusus bertanggung jawab untuk itu dalam suatu kerja sama tim.
9.      Tersediannya bahan ajaran dengan kualitas yang lebih baik, serta jumlah dan macam yang lebih banyak.
10.  Dilakukannya penilaian dan penyempurnaan atas segala tahap dalam proses pembelajaran.
11.  Diselenggarakannya pengukuran hasil belajar berdasarkan penguasaan tujuan yang ditetapkan.
12.  Berkembangnya pengertian dan peranan guru.[5]

D.        Manfaat Penerapan Teknologi Pendidikan
Berdasarkan analisis empirik yang dilakukan oleh komisi Amerika Serikat, dari penerapan teknologi pendidikan dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan :
a.           Mempercepat laju tahapan belajar
b.          Membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.
c.           Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegiatan belajar anak didik.
2.      Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan :
a.           mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional.
b.          memberikan kesempatan anak didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
3.      Memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah dengan jalan :
a.           perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis.
b.          pengembangan bahan pengajaran yang didasari penelitian
4.      Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan :
a.           meningkatkan kapabilitas manusia dengan berbagai media komunikasi.
b.          penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.
5.      Meningkatkan kemampuan pembelajaran dengan memperluas jangkauan penyajian.
6.      Memungkinkan belajar lebih akrab karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah serta memberikan pengalaman tangan pertama.
7.      Memungkinkan pemerataan pendidikan yang bermutu, terutama dengan :
a.           pemanfaatan bersama (secara lebih luas) tenaga atau kejadian langka
b.          didatangkannya pendidikan kepada mereka yang memerlukan[6]

BAB  III
P E N U T U P

Kesimpulan
Kita semua menyadari bahwa ilmu pengetahuan berkembang terus, dan jumlah maupun kualitas  informasi berkembang secara eksponesial. Tidak mungkin bagi seseorang menguasai pertambahan informasi itu dengan jalan menimbun data atau fakta di otaknya. Teknologi telah berkembang dengan pesat, dan budaya kita pun telah dipengaruhinya, telah terjadi perubahan sosial dengan perkembangannya teknologi.
Berbagai usaha pembaruan (reformasi) memang telah dilakukan, namun kini yang sebenarnya diperlukan adalah transformasi pendidikan. Beberapa kecenderungan baru yang dapat dijadikan dasar pertimbangan perlunya usaha transformasi pendidikanitu adalah sebagai berikut : belajar menyelidik, belajar mandiri, belajar struktur bidang studi, belajar mencapai penguasaan, pendidikan untuk perkembangan kepribadian, pendekatan sistem, persebaran waktu, persebaran tempat, keanekaragaman sumber, diferensiasi peranan, ekonomi pendidikan, perkembangan teori dan prinsip.
Dari penerapan teknologi pendidikan, berdasarkan analisis empiri yang dilakukan oleh komisi Amerika Serikat, dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut : meningkatkan produktivitas pendidikan, lebih banyak membina dan mengembangkan kegiatan belajar anak didik, memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah, lebih memantapkan pengajaran, meningkatkan kemampuan pembelajaran dengan memperluas jangkauan penyajian, memungkinkan belajar lebih akrab karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalamdan di luar sekolah, dan memungkinkannya pemerataan pendidikan yang bermutu.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim,  Teknologi Pendidikan, Arti, Kawasan dan Penerapannya  di Indonesia (Malang, IKIP, 1985)
Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2005)
Prawiradilaga, Dewi dan Siregar, Eveline, Mozaik Teknologi Pendidikan,  (Jakarta: Kencana, 2004)




[1] Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan,  (Jakarta :  Kencana, 2005), hal. 591 – 594.
[2] Ibid, hal. 595.
[3] Ibid, hal. 595-598.
[4] Ibid, hal. 599
[5]    Miarso,  Menyemai ……, hal. 601

Tidak ada komentar:

Posting Komentar