PENGEMBANGAN ENTREPRENEURSHIP
Rizki itu mengikuti mimpi kita
Rizki itu bisa direncanakan menurut mimpi kita
Dan rizki itu berbanding lurus dengan mimpi kita
Seandainya kita berani mencoba
Dan kita lebih tekun dan ulet,
A. Semangat wirausaha dalam Islam
Kata 'wirausaha' atau enterpreneur tidak bakalan ditemukan dalam
teks suci agama Islam. Namun, istilah teknis lainnya yang memiliki semangat
yang sama dengan kata 'wirausaha' cukup banyak, seperti 'amal, kasb, fi'il ,
dan sa'y . Di antara keempat kata tersebut, 'amal paling sering
digunakan (425 kali) dalam Al-Qur’an untuk menunjuk
setiap usaha manusia dalam mewujudkan tujuan ekonomis ( iqtishadiyyah )
dan perbuatan manusia secara umum.
Sayangnya, kata amal akhir-akhir ini dipersempit maknanya hanya pada
sebatas memberi. Itu pun sebatas memberi dengan uang. Perhatikan
istilah-istilah ini: kotak amal, pundi amal, rumah amal, dan sebagainya.
Padahal, kata amal memiliki makna yang luas.
Menurut Isa Abduh dan Ahmad Ismail Yahya dalam al-A’mal fi
al-Islam (1119 H: 49), Islam adalah agama yang menekankan amal atau
bekerja. Sebab, amal atau bekerja merupakan salah satu cara praktis untuk
mencari mata pencarian yang diperbolehkan Allah SWT. Bekerja dalam Islam
merupakan kewajiban bagi setiap individu atau kelompok. Konsep amal dalam Islam
sangat luas dan tidak hanya menyangkut soal bisnis atau dagang. Amal adalah
setiap pekerjaan yang dilakukan manusia yang pantas untuk mendapatkan imbalan
(upah), baik berupa kegiatan badan, akal, indra, maupun seni.
Semangat-semangat wirausaha banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Dalam
QS Al-Hajj [22]: 77:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qãè2ö$# (#rßàfó$#ur (#rßç6ôã$#ur öNä3/u (#qè=yèøù$#ur uöyø9$# öNà6¯=yès9 cqßsÎ=øÿè?
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah
kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan.
Dalam ayat di atas, disebutkan
bahwa berbuat baik (bekerja secara baik dan profesional) merupakan salah satu
ciri orang yang beriman. Bekerja yang selama ini sering kali dikaitkan dengan
urusan dunia pada dasarnya setara atau sejajar dengan rukuk, bersujud, dan
menyembah Allah SWT. Ini artinya bekerja juga merupakan ibadah.
QS An-Nahl [16]:97
ô`tB @ÏJtã
$[sÎ=»|¹ `ÏiB @2s
÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur
Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhsÛ
(
óOßg¨YtÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB
(#qçR$2 tbqè=yJ÷èt
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri
Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Ayat tersebut, menjanjikan manusia bahwasanya balasan bekerja adalah
kehidupan yang layak dan pahala yang baik melebihi nilai kebaikan pekerjaan itu
sendiri. Ini menyiratkan bahwa
bekerja itu memiliki nilai plus. Dalam QS Al-Jumu’ah [62]:10, dijelaskan bahwa di samping memerintahkan bekerja, Allah juga berfirman bahwa bekerja sambil mengingat-Nya (bekerja sesuai dengan prosedur yang Allah berikan) akan mendatangkan keuntungan.
bekerja itu memiliki nilai plus. Dalam QS Al-Jumu’ah [62]:10, dijelaskan bahwa di samping memerintahkan bekerja, Allah juga berfirman bahwa bekerja sambil mengingat-Nya (bekerja sesuai dengan prosedur yang Allah berikan) akan mendatangkan keuntungan.
QS At-Taubah [9]: 105 secara implisit mendedahkan kepada semua umat
bahwa bekerja itu tidak semata-mata urusan dunia. Bekerja tidak saja
berimplikasi kepada dunia, tetapi juga akhirat. Kelak pekerjaan itulah yang akan
dinilai oleh Allah. Yang menarik lagi adalah QS Al-Kahfi [18]: 110. Dalam ayat
ini, dinyatakan secara jelas bahwa barang siapa yang ingin bertemu dengan Allah
SWT, bekerjalah. Ini artinya bekerja itu sama dengan bertemu Allah SWT, sebuah
reward yang paling tinggi yang pernah diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya,
yakni perjumpaan dengan-Nya. Dalam Al-Qur’an, mencari ilmu di- reward dengan
peningkatan derajat. Namun, bekerja diganjar dengan bertemu Allah SWT.
Sayangnya, banyak yang tidak menyadari hal ini.
Sebetulnya, masih banyak ayat lainnya yang memberikan semangat
wirausaha kepada umat Islam. Tidak hanya Al-Qur’an, hadis-hadis Nabi Muhammad
SAW pun mengisyaratkan hal yang sama. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
قال رسول الله ص م: مَا أَكَلَ ابْنُ
اۤدَمَ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيُّ اللهِ دَاوُوْدَ كَانَ
يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ. (رواه البخارى)
Artinya, ''Tiada makanan yang baik bagi anak Adam,
kecuali yang ia dapat dari tangannya sendiri. Sesungguhnya, Nabi Daud AS makan
dari hasil kreativitas tangannya (wirausaha).'' (HR Bukhari).
Pada saat yang lain, Nabi Muhammad SAW juga pernah
bersabda, ''Hendaklah kami berdagang karena di dalamnya terdapat 90 persen
pintu rezeki.'' (HR Ahmad bin Hanbal). Nabi juga pernah bersabda tentang hal
yang sama, ''Sesungguhnya, sebaik-sebaik mata pencarian adalah seorang
pedagang.'' (HR Baihaqy). Walhasil, bekerja atau being entrepreneur dalam Islam
merupakan kewajiban yang menjadi ibadah bagi pelakunya. Bahkan, bekerja atau
berwirausaha menjadi salah satu ciri orang yang beriman.
Bekerja sejatinya adalah beribadah kepada Allah SWT.
Karena bekerja adalah ibadah, bekerja akan mendapatkan pahala plus, bahkan
ganjaran yang tertinggi dari sebuah keimanan, yakni bertemu Allah (liqa'u
rabbi). Bekerja adalah ibadah maka bekerja harus sesuai dengan syariat
Allah, yakni dengan cara yang halal, baik, dan bermanfaat. Bekerja adalah
ibadah maka tujuan bekerja hanyalah untuk Allah SWT, bukan untuk bekerja atau
materi itu sendiri.
Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk
berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan
manusia karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh dimaksudkan
untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik.
Tulisan ini mencoba menawarkan suatu model lembaga pendidikan
Raudhatul Athfal (RA) yang berwawasan kewirausahaan, dengan harapan jika
ini benar-benar diterapkan pendidikan RA ikut memberikan kontribusi nyata dalam
rangka peningkatan mutu SDM di Indonesia.
Kerangka pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga
pendidik dirasakan sangat penting. Karena pendidik adalah ‘agent of change’
yang diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa
kewirausahaan atau jiwa ‘entrepreneur’, karena melalui jiwa ini, para pendidik akan
memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta
mandiri.
B. Entrepreneurship: Definisi dan Ciri-Cirinya
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul,
teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha,
berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah
pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal
usul kata).
Sedangkan hasil lokakarya Sistem Pendidikan dan
Pengembangan di Indonesia tahun 1978, mendefinisikan Wirausahawan
adalah pejuang kemajuan yang mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud
pendidikan dan bertekad dengan kemampuan sendiri membantu memenuhi kebutuhan
masyarakat yang makin meningkat dan memperluas lapangan kerja”.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, wirausaha
diidentikkan dengan wiraswasta, sehingga wirausahawan dapat disebutkan sebagai
“orang yang pandai atau berbakat mengenal produk baru, menentukan cara produksi
baru, dan menyusun pedoman operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian
mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk
memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk
diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik padapelanggan/masyarakat;
dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan
lebihbaik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan
menerapkan cara kerjayang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko,
kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.”
a.
|
Berpikir teliti,
inovatif dan kreatif;
|
b.
|
Berani mengambil resiko dan percaya pada diri sendiri;
|
c.
|
Berorientasi ke
depan;
|
d.
|
Mengutamakan
prestasi, tahan uji, tekun dan tidak mudah menyerah;
|
e.
|
Jujur,
bertanggung jawab dan teguh pendirian;
|
f.
|
Memiliki etos
kerja tinggi dan tangguh menghadapi persaingan;
|
g.
|
Membiasakan diri
bersikap positif dan selalu bersemangat dalam setiap pekerjaan;
|
h.
|
Mensyukuri diri,
waktu dan lingkungan;
|
i.
|
Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan;
|
j.
|
Selalu berupaya
mencapai dan menghasilkan karya yang lebih baik untuk langganan, pemilik,
pemasok, tenaga kerja, masyarakat, bangsa dan negara.
|
C. Konsep Dasar Entrepreneurship
Dalam Islam, anjuran untuk berusaha dan giat bekerja sebagai bentuk realisasi
dari kekhalifahan manusia tercermin dalam surat Ar-Ra’d : 11:
….. 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã
$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym
(#rçÉitóã $tB
öNÍkŦàÿRr'Î/
3
yang maksudnya “ Sesungguhnya Allah tidak akan
merubah suatu kaum kecuali kaum itu mau merubah dirinya sendiri”. Menurut
al-Baghdadi sebagaimana dikutip Yusanto dan Kusuma bahwa ayat ini bersifat a’am.
Yakni siapa saja yang mencapai kemajuan dan kejayaan bila mereka sudah merubah
sebab-sebab kemundurannya yang diawali dengan merumuskan konsepsi kebangkitan.
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah
mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan
miliknya sendiri, atau milik kelompok/organisasi, termasuk di dalamnya adalah
lembaga pendidikan. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi
orang lain dengan berswadaya.
Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai
kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan
untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang
dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi
kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam
seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang
melembaga, produktif dan inovatif.”
Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu
sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan
yaitu: Wirausaha andal, Wirausaha tangguh, Wirausaha unggul.
Adapun ciri dari
kedua kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
§
Ciri dan Kemampuan
Wirausaha Tangguh
1. Berpikir dan bertindak strategik, adaptif terhadap perubahan
dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung resiko agak
besar dan dalam mengatasi masalah.
2. Selalu berusaha untuk mendapat keuntungan melalui
berbagai keunggulan dalam memuaskan langganan.
3. Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan
kelemahan perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan
sistem pengendalian intern.
4. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan
ketangguhan perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja
serta pemupukan permodalan.
§
Ciri dan Kemampuan
Wirausaha Unggul
1. Berani mengambil resiko serta mampu memperhitungkan
dan berusaha menghindarinya.
2. Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya bakti
yang lebih baik untuk langganan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat,
bangsa dan negara.
3. Antisipasif terhadap perubahan dan akomodatif
terhadap lingkungan.
4. Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
5. Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan
melalui inovasi di berbagai bidang.
Sementara itu menurut G. Meredith, et.al mengemukakan bahwa: Para
wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan yang ada; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna
mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna
memastikan sukses.
Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada
tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengerjar
tujuannya. Daftar ciri-ciri dan sifat-sifat berikut memberikan sebuah profil
dari wirausaha:
Ciri –
Ciri
|
Watak
|
Percaya diri
|
Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualitas dan optimisme
|
Berorientasikan
tugas dan hasil
|
Kebutuhan akan
prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energitic, dan inisiatif.
|
Pengambil risiko
|
Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan.
|
Kepemimpinan
|
Bertingkah laku
sebagai pemimpin
Dapat bergaul
dengan orang lain.
Menanggapi
saran-saran dan kritik
|
Keorisinilan
|
Inovatif dan
kreatif, fleksibel
Punya banyak
sumber, serba bisa, mengetahui banyak
|
Berorientasi ke
masa depan
|
Pandangan ke
depan, perseptif
|
§ Makalah disampaikan dalam acara “Diklat di Tempat Kerja (DDTK)
Kepala Raudhatul Athfal bagi Widyaiswara pada tanggal 1-4 juli 2010 di Balai
Diklat Keagamaan, Jl. Ketintang Madya No. 92 Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar