Sabtu, 31 Maret 2012

ELEKTRONIK LEARNING


ELECTRONIC LEARNING
(Intensifikasi E-Learning pada pendidikan Islam)

I.             Pendahuluan
Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya dengan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu kita sebaiknya tidak gagap teknologi. Banyak hasil penelitian yang menunjukan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah untuk memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju.
Informasi merupakan sebuah komoditi sebagaimana layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata seperti dunia sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyaraakt informasi (information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau dalam sebuah perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi informasi, maka perguruan tinggi tersebut akan berkembang dengan pesat.
Dalam teknologi e-learning, semua proses belajar mengajar yang biasa kita dapatkan dalam sebuah kelas formal secara live maupun virtual, artinya pada saat yang sama seorang guru mengajar di depan sebuah computer yang ada di suatu tempat, sedangkan para siswanya mengikuti pelajaran tersebut dari computer lain di tempoat yang berbeda. Dalam hal ini, secara langsung guru dan siswa tidak saling berkomunikasi secara langsung, namun mereka saling berinteraksi dalam waktu yang sama.
Dengan semua proses mengajar hanya dilakukan di depan sebuah computer yang terhubung dengan internet, dan semua fasilitas yang biasanya tersedia di sebuah sekolah konvensional telah tergantikan fungsinya hanya oleh
menu di depan layer computer. Rasanya pantas jika anda mengatakan bahwa bersekolah menjaedi lebih mudah dan menyenangkan. Dengan beberapa kali klik, semua proses belajar mengajar dapat diselesaikan dengan cepat, disamping secara psikologis siswa jauh dari tekanan baik dari pihak sekolah maupun dari pihak pengajar itu sendiri.
II.          Pembahasan
A.     Konsep E-Learning
E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu “e” yang merupakan singkatan dari electronic dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa atau bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Oleh karena itu, e-learning sering disebut juga dengan “online course”. Dalam berbagai literatur e-learning dapat di definisikan sebagai berikut:
E-learning is a generic term for all technologically supported learning using a array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmission, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly refered as online courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Definisi e-learning sendiri sebenarnya sangatlah luas, bahkan sebuah portal yang menyediakan informasi tentang sebuah topik dapat tercakup dalam lingkup e-learning ini. Namun, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet. Dengan demikian, maka e-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer.
Pada dasarnya, konsep e-learning adalah penyediaan kelas-kelas baru yang setara dengan kelas konvensional di sekolah-sekolah yang ada selama ini. Istilah “setara” di sini berarti bahwa e-learning bukan hanya sekedar sebagai pelengkap ataupun tambahan dari sistem konvensional yang sudah ada.
Intinya, sistem e-learning ini diadaptasikan dari sistem yang ada di sekolah-sekolah konvensional ke dalam sekolah digital melalui internet. Sebagai hasil pencangkokan dari sebuah sistem pendidikan induk yang ada, e-learning sendiri dapat dikatakan masih taraf eksperimen, artinya disadari atau tidak bahwa sebagai sebuah cangkokan, sistem ini memerlukan adaptasi dan penyempurnaan di lingkungan yang baru untuk dapat berkembang dan sejajar dengan sekolah konvensional yang ada.
Dari sifat tersebut, jelaslah bahwa pengembangan teknologi e-learning haruslah didasarkan pada sifat dan karakter asli dari sistem pendidikan yang sudah ada. Hal ini berarti bahwa fasilitas-fasilitas yang telah familier digunakan dalam sistem sekolah konvensional dapat diadaptasi untuk digunakan sebagai learning tools dalam sistem e-learning. Dari sisi teknologi, sistem yang paling disukai adalah sistem yang sederhana, mudah dan menarik digunakan. Dalam hal ini perencanaan sistem e-learning yang baik haruslah memasukan unsur permainan dalam desain antar muka maupun alur penggunaannya. Tampilan yang interaktif membantu siswa untuk betah berada di dalam kelas virtual tersebut.
Dalam perkembangannya, komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, karena itu dikenal dengan istilah computer based learning (CBL) atau computer assisted learning (CAL). Saat pertama-tama komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, maka ia menjadi populer dikalangan anak didik. Bisa dimengerti karena berbagai variasi teknik mengajar bisa dibuat dengan bantuan komputer tersebut. Maka setelah itu teknologi pembelajaran terus berkembang dan bisa dikelompokan menjadi dua macam bagian, yaitu: pertama, technology-based learning, dan kedua, technology-based web-learning.
Technology –Based Learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information technologies (radio, audio tape, voice mail, telepon), dan Video Information Technologies (misalnya: video tape, video text, video messaging). Sedangkan
Yang sering dijumpai dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas. Teknologi ini sering juga dipakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), yang dimaksudkan agar komunikasi antar guru dan murid, serta antar sesama murid bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini.
Sedangkan interaksi antara guru dan murid bisa dilaksanakan melalui cara langsung atau tidak langsung, misalnya pesan direkam dahulu sebelum digunakan, dan cara ini dikenal dengan nama a-synchronous.

B.     Karakteristik E-learning
Harus diakui bahwa fokus e-learning lebih pada efisiensi proses belajar mengajar, cara pengajaran materi maupun materi ajar siswa dapat mengacu pada kurikulum nasional. Siswa lebih pasif dan berposisi sebagai konsumen pengetahuan. Guru dan dosen sebagai otoritas pengetahuan yang didukung oleh sistem perpustakaan dan metode penyampaian.
Materi pelajaranpun bisa diperoleh secara gratis dalam bentuk file-file yang dapat di download. Sedangkan interaksi antara guru dan siswa dalam bentuk memberikan tugas, maupun diskusi dapat dilakukan secara lebih intensif dalam bentuk forum diskusi dan email. E-learning sebagai sebuah revolusi dalam bidang pendidikan sangatlah menakjubkan.
Sejalan dengan berkembangnya e-learning ini, terutama yang menyangkut dengan istilah “e” atau singkatan dari elektronik, e-learning ini mencakup banyak hal diluar teknologi internet itu sendiri. Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewatr teknologi elektronik internet. Meskipun demikian, e-learning memerlukan perencanaan yang sangat matang. Seperti layaknya membangun sebuah sekolah konvensional. E-learning mulai diperkenalkan pada dunia pendidikan sejak tahun 1996, dan hingga sekarang terus disempurnakan ke tingkat yang paling efektif dan bahkan melebihi tingkat efektifitas yang dapat dihasilkan oleh sebuah sekolah konvensional.
Karakteristiuk e-learning itu antara lain:
*      Memanfaatkan jasa teknologi, dimana guru dan siswa dengan  sesama siswa atau guru dengan  sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.
*      Memanfaatkan keungguilan komputer (digital media dan computer network)
*      Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self-learning materials) dan disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya; dan
*      Memanfaatkan jadwal pelajaran, kurikulum hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Di Amerika, beberapa perusahaan besar yang ada, seperti Cysco System, Hewlwt Packard, IBM dan sebagainya memanfaatkan sistem ini sebagai sarana promosi yang sangat efektif dan murah disamping usaha untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menguasai produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Melalui proyek ini, sumber daya manusia yang dialokasikan untuk memasyarakatkan teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut dapat direduksi dan dimanfaatkan untuk usaha lain yang menguntungkan, misalnya riset teknologi.
E-Learning secara umum dapat diikuti oleh segala usia. Namun fenomena lain yang sangat menarik dari perkembangan e-learning di dunia barat adalah munculnya golongan berusia rata-rata 38 tahun sebagai peserta terbesar dari kelas-kelas e-learning yang telah disediakan. Bahkan umumnya, mereka berstatus menikah dan telah memiliki rata-rata dua orang anak, dan sebagian besar dari rata-rata peserta adalah laki-laki.
Dengan merancang sistem e-learning yang personal, pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan muridnya didepan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, siswa diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang di hadapinya dalam pelajarannya. Hal ini akan membuat peserta yang ada menjadi betah.
Dengan sistem yang cepat, respon terhadap keluhan dan kebutuhan dalam penyampaian materi lebih dapat ditingkatkan. Dengan respon yang cepat terhadap kondisi siswa yang sedang belajar, akan memudahkan pengajar maupun pengelola untuk mengadakan perbaikan-perbaikan selama proses belajar mengajar tanpa harus menunggu proses tersebut berakhir lebih dahulu.

C.    Faktor-Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memanfaatkan E-Learning
Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Bullen, 2001; Hartanto dan Purbo, 2002: Soekartawi et.al, 1999; Yusuf Hashim dan Razmah, 2001) antara lain:
1.      Analisis Kebutuhan
Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memerlukan e-learning, untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas saran orang lain. Sebab, setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu, perlu diadakan analisis kebutuhan atau need analysis. Kalau analisis ini telah dilaksanakan dan jawabannya adalah memerlukan e-learning, maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan (fit and proper test), (Soekartawi, 1995), yang komponen penilaiannya adalah:
*      Apakah secara teknis dapat dilaksanakan , misalnya apakah jaringan internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer tersedia, apakah ada tenaga teknis yang mengoperasikan fasilitas itu semua.
*      Apakah secara ekonomis hal tersebut menguntungkan, misalnya apakah dengan e-learning itu kegiatan yang dilakukan tersebut menguntungkan, apakah Return of Infestment (ROI)-nya lebih besar dari satu; dan
*      Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut bisa diterima oleh masyarakat.
2.      Rancangan Instruksional
Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, et. Al 1999: Yusuf Hashim dan Razmah, 2001):
*      Course Content and Learning Unit Analysis, seperti isi pelajaran, cakupan topik yang relevan dan satuan kredit semester.
*      Learner Analysis seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan dan lain sebagainya.
*      Learning Context Analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit dan seterusnya.
*      State Instructional Objectives, tujuan instruksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
*      Construct Criterion Test Items, penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah diharapkan.
*      Select Instructional Strategy, strategi instruksional dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada.
3.      Tahap Pengembangan
Berbagai upaya dalam rangka pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas ICT yang ada. Hal ini terjadi karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan  instruksional yang akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinu.
4.      Tahap Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format; misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan management course tools secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri.

D.    Penyelenggara e-learning yang potensial
Beberapa instansi yang sangat potensial untuk dijadikan mitra kerjasama dalam pengembangan teknologi ini adalah kalangan akademisi (universitas, lembaga pendidikan dan keterampilan (LPK), sekolah umum), dan kalangan industri (misalnya untuk perangkat lunak). Beberapa alasan mengapa kedua organisasi tersebut dapat dijadikan partner yang ideal dalam pengembangan e-learning, diantaranya adalah:
*      Kalangan akademisi terutama perguruan tinggi (dalam hal ini berarti pendidikan tinggio yang berbasis Islam), karena di dalamnya berkumpul para staf pengajar yang terlatih, materi pelajaran yang telah terstruktur, perpustakaan dengan koleksi buku yang memadai dan sebagainya. Modal ini sangatlah besar nilaionya bagi pembangunan proyek-proyek e-learning yang baru. Proyek-proyek tersebut tidak perlu dimulai dari nol lagi, hal ini tentunya akan sangat membantu mengurangi biaya yang diperlukan dalam membangun sistemnya.
*      Kalangan industri memiliki modal yang cukup besar dan tenaga-tenaga ahli yang sangat terlatih, di samping juga beberapa pengakuan akan kualitas perusahaan yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menjaga mutru dari pendidikan yang dilakukan. Di sampinbg itu, dengan pengakuan yang dilakukan oleh pihak industri, disatu sisi akan menguntungkan bnagi industri tersebut terutama dalam hal mempersiapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh industri, namun memberikan spesifikasi khusus bagi peserta itu sendiri. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki materi pelatihan yang telah digunakan secara meluas di lingkungan internal perusahaan tersebut.

E.     Kelebihan dan Kekurangan E-learning
Menyadari bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi, dan informasi itu dapat diakses secara lebih mudah, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain secara lebih mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet.
Dengan mengambil contoh SMART School di Malaysia, setiap pengenalan sebuah teknologi pendidikan tertentu yang baru seperti pemanfaatan internet, maka ada empat hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
*      Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik, dimana pengetahuan, keterampilan dan nila (value) diintegrasikan dengan kebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat Competency Based Curriculum;
*      Melakukan variasi cara belajar mengajar untuk mencapai dasar competensi yang ingin dicapai dengan bantuan komputer.
*      Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan komputer, online assessment system); dan
*      Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer multimedia, studio, dan lain-lain yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah, baik oleh guru atupun siswa.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di berbagai literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam dunia pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999, Soekartawi, 2002; Mulhivil, 1997, Utarini, 1997), antara lain disebutkan sebagai berikut:
*      Tersedianya fasilitas e-moderating, dimana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler ataupun kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi jarak, tempat dan waktu.
*      Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur, terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar yang dipelajari.
*      Siswa dapat belajar atau mereviw bahan ajar setiap saat di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di dalam komputer.
*      Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
*      Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
*      Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
*      Relatif lebih efisien.
Melalui pemanfaatan e-learning, akan dapat diperoleh beberapa keuntungan yang cukup besar dibandingkan dengan usaha pembangunan sekolah konvensional. Keuntungan yang paling nyata adalah keuntungan secara finansial. Keuntungan ini diperoleh dari berkurangnya biaya yang diperlukan untuk mengimplementaswikan sistem secara keseluruhan bila dibandingkan dengan biaya untuk mendirikan bangunan sekolah beserta perangkatnya, termasuk pengajar. Disamping itu, dari segi peserta didik, biaya yang diperlukan untuk mengikuti sekolah konvensional, misalnya transportasi, buku-buku, dan lain sebagainya dapat dikurangi, namun sebagai gantinya diperlukan biaya untuk akses internet.
Pada tingkat lanjut, filosofi e-learning tidak lagi digunakan. Konsep Knowledge Management, belajar mandiri yang berbasis pada kreatifitas siswa dan mendorong siswa untuk melakukan analisa hibgga sintesa pengetahuan tersebut menghasilkan pengetahuan, informasi, dan pengetahuan itu sendiri menjadi fokus yang lebih mengarah ke masa depan. Siswa tidak lagi dibombardir dengan doktrin ilmu pengetahuan, tetapi lebih dirangsang untuk mengeksplorasi pengetahuan dan menjadi bagian integral proses pemurnian pengetahuan itu sendiri. Pada tahapan ini, metode belajar mengajar dan kurikulum nasional perlu mengalami perombakan lumayan banyak. Terlepas dari adanya konsep yang sangat revolusioner ini dan sudah diuji cobakan, piranti yang pada nantinya digunakan di e-learning maupun knowledge management tidak berbeda jauh, hanya saja konsep dan filosofinya yang berbeda sangat radikal.
Walaupun demikian, pemanfaatan internet untuk pembelajaran e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik antara lain dapat disebutkan sebagai berikut (Bullen, 2001, Beam, 1997):
*      Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antara siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini memperlambat terbentuknya value dalam proses belajar mengajar.
*      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek komersil atau bisnis.
*      Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
*      Berubahnya peran serta guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut untuk menguasai dan mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
*      Siwa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung untuk gagal.
*      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan tersedianya listrik, telepon, atau komputer).
*      Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan yang berkaitan dengan internet.
*      Kurangnya penguasaan komputer.

F.     Kondisi E-learning dan Internet di Indonesia
Pemanfaatan e-learning khususnya internet untuk kegiatan pembelajaran, apakah itu virtual library atau virtual campus bukan saja sering terjadi di Asia Tenggara, namun sering juga terjadi di Negara-negara yang lain. Jumlah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan  e-learning banyak sekali jumlahnya.
Namun harus diakui bahwa pemanfaatan e-learning  di Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filiphina dan Singapura, atau bila dibandingkan negara-negara maju lainnya.

III.       Kesimpulan
E-learning adalah pembelajaran yang memerlukan alat bantu elektronika. Bisa berupa Technology-Based Learning seperti audio dan video atau Web Based-Learning (dengan perangkat internet dan komputer). Penggunaan teknologi e-learning sebenarnya bisa dipakai untuk pendidikan tatap muka atau pendidikan jarak jauh tergantung dari kepentingannya.
E-learning akan dimanfaatkan atau tidak, sangat tergantung bagaimana pengguna memandang ataui menilai e-learning tersebut. Namun pada umumnya digunakannya teknologi tersebut tergantung dari:
*      Apakah teknologi itu memang sudah merupakan sebuah kebutuhan.
*      Apakah fasilitas pendukungnya sudah memadai.
*      Apakah didukung oleh dana yang memadai
*      Apakah ada dukungan dari pembuat kebijakan.
Dalam tulisan ini telah dijelaskan apa itu e-learning dan bagaimana kemungkinan aplikasinya untuk pembelajaran, khususnya pembelajaran terbuka dan jarak jauh. Keunggulan dan kelemahan telah diulas serta prospeknya untuk masa depan pendidikan di Indonesia juga telah dibahas. Upaya-upaya apa yang perlu dipersiapkan kalau seseorang atau lembaga tertentu akan memanfaatkan internet juga telah disinggung. Begitu pula halnya dengan dukungan pemerintah untuk e-learning ini juga telah di tampilkan. Sering orang mencoba memulai teknologi e-learning ini dengan tanpa pertimbangan yang matang. Ia menggunakan e-learning agar kelihatan bergengsi. Oleh karena itu, satu hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memanfaatkan internet untuk pembelajaran, yaitu melakukan analisis kelayakan apakah memang benar-benar memerlukan e-learning tersebut.


Dalam analisis ini tentunya juga sudah termasuk apakah secara teknis internet atau e-learning  bisa dilaksanakan. Analisis ini menyangkut ketersediaannya hardware khususnya komputer (lengkap dengan network-nya), listrik, telepoin, dan software khususnya tersedianya tenaga, bahan ajar yang siap di-online-kan dan management course tools yang akan dipakai. Juga apakah secara ekonomis penggunaan internet ini menguntungkan.


DAFTAR PUSTAKA

Beam, P. (1997), Breaking The Spinter’sekolah Wrist: Achieving Cost Effectiveness internet Online Learning. Paper presented at The International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP, UNESCO Tuban, Bali, Indonesia.
Bullen, M. (2001), E-learning and The Internalization Education, Malaysian Journal of Educational Technology 1 (1)
Elangovan, T. (1997), Internet Based on Online Teaching Application with Learning Space, Paper presented at The International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP, UNESCO Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997.
Hartanto A. A dan Purbo, O. W. (2002), Teknologi E-learning Berbasis PHP dan my SQL, Elex Media Computindo, Jakarta.
Hashim, Y. dan Raznah BT. Man (2001), an Overview of Instructional Design and Development Models for Electronic Instruction and Learning, Malaysian Journal of Educational Technology 1 (1).
Ishaq A. (2001). On the Global Divide, Finance and Development, September 2001.
Jatmiko R. (1997), Enchancing Learning Experiences Throught the Use of Internet, Paper presented at The International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP, UNESCO Tuban, Bali, Indonesia.
Mulhivill, R.P. (1997), Technology Application to Distance Education, Paper presented at The International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP, UNESCO Tuban, Bali, Indonesia.
Munaf DR. (2001), Cultural Threats on Development of ICT as a tool for oper and distance learning. Speech delivered at the 7 th International Symposium on Distance and Open Learning at Yogyakarta November 2001.
Soekartawi (1995), Monitoring dan Evaluasi Proyek Pendidikan, PT. Rajawali Press, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar