ELECTRONIC LEARNING
(Intensifikasi E-Learning pada pendidikan Islam)
I.
Pendahuluan
Dalam era global seperti sekarang
ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau kita harus berhubungan dengan
teknologi khususnya dengan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena
teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena
itu kita sebaiknya tidak gagap teknologi. Banyak hasil penelitian yang
menunjukan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat
pulalah untuk memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju.
Informasi merupakan sebuah komoditi
sebagaimana layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian
besar dan nyata seperti dunia sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena
masyarakat sekarang menuju pada era masyaraakt informasi (information age)
atau masyarakat ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau
dalam sebuah perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi
informasi, maka perguruan tinggi tersebut akan berkembang dengan pesat.
Dalam teknologi e-learning,
semua proses belajar mengajar yang biasa kita dapatkan dalam sebuah kelas
formal secara live maupun virtual, artinya pada saat yang sama
seorang guru mengajar di depan sebuah computer yang ada di suatu tempat,
sedangkan para siswanya mengikuti pelajaran tersebut dari computer lain di
tempoat yang berbeda. Dalam hal ini, secara langsung guru dan siswa tidak
saling berkomunikasi secara langsung, namun mereka saling berinteraksi dalam
waktu yang sama.
Dengan semua proses mengajar hanya dilakukan
di depan sebuah computer yang terhubung dengan internet, dan semua fasilitas
yang biasanya tersedia di sebuah sekolah konvensional telah tergantikan
fungsinya hanya oleh
menu di depan layer computer. Rasanya pantas jika anda mengatakan bahwa bersekolah menjaedi lebih mudah dan menyenangkan. Dengan beberapa kali klik, semua proses belajar mengajar dapat diselesaikan dengan cepat, disamping secara psikologis siswa jauh dari tekanan baik dari pihak sekolah maupun dari pihak pengajar itu sendiri.
menu di depan layer computer. Rasanya pantas jika anda mengatakan bahwa bersekolah menjaedi lebih mudah dan menyenangkan. Dengan beberapa kali klik, semua proses belajar mengajar dapat diselesaikan dengan cepat, disamping secara psikologis siswa jauh dari tekanan baik dari pihak sekolah maupun dari pihak pengajar itu sendiri.
II.
Pembahasan
A.
Konsep E-Learning
E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu “e” yang merupakan singkatan dari electronic
dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti
pembelajaran dengan menggunakan jasa atau bantuan perangkat elektronika,
khususnya perangkat komputer. Oleh karena itu, e-learning sering disebut
juga dengan “online course”. Dalam berbagai literatur e-learning
dapat di definisikan sebagai berikut:
E-learning is a generic term for all technologically supported
learning using a array of teaching and learning tools as phone bridging, audio
and videotapes, teleconferencing, satellite transmission, and the more
recognized web-based training or computer aided instruction also commonly
refered as online courses (Soekartawi, Haryono dan
Librero, 2002).
Definisi e-learning sendiri
sebenarnya sangatlah luas, bahkan sebuah portal yang menyediakan
informasi tentang sebuah topik dapat tercakup dalam lingkup e-learning
ini. Namun, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk
membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah dalam
bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet. Dengan demikian, maka e-learning
atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanaannya
didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi
satelit atau komputer.
Pada dasarnya, konsep e-learning
adalah penyediaan kelas-kelas baru yang setara dengan kelas konvensional di
sekolah-sekolah yang ada selama ini. Istilah “setara” di sini berarti bahwa e-learning
bukan hanya sekedar sebagai pelengkap ataupun tambahan dari sistem konvensional
yang sudah ada.
Intinya, sistem e-learning ini
diadaptasikan dari sistem yang ada di sekolah-sekolah konvensional ke dalam
sekolah digital melalui internet. Sebagai hasil pencangkokan dari sebuah sistem
pendidikan induk yang ada, e-learning sendiri dapat dikatakan masih
taraf eksperimen, artinya disadari atau tidak bahwa sebagai sebuah cangkokan,
sistem ini memerlukan adaptasi dan penyempurnaan di lingkungan yang baru untuk
dapat berkembang dan sejajar dengan sekolah konvensional yang ada.
Dari sifat tersebut, jelaslah bahwa
pengembangan teknologi e-learning haruslah didasarkan pada sifat dan
karakter asli dari sistem pendidikan yang sudah ada. Hal ini berarti bahwa
fasilitas-fasilitas yang telah familier digunakan dalam sistem sekolah
konvensional dapat diadaptasi untuk digunakan sebagai learning tools
dalam sistem e-learning. Dari sisi teknologi, sistem yang paling disukai
adalah sistem yang sederhana, mudah dan menarik digunakan. Dalam hal ini
perencanaan sistem e-learning yang baik haruslah memasukan unsur
permainan dalam desain antar muka maupun alur penggunaannya. Tampilan yang
interaktif membantu siswa untuk betah berada di dalam kelas virtual
tersebut.
Dalam perkembangannya, komputer
dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, karena itu dikenal dengan istilah computer
based learning (CBL) atau computer assisted learning (CAL). Saat
pertama-tama komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, maka ia menjadi
populer dikalangan anak didik. Bisa dimengerti karena berbagai variasi teknik
mengajar bisa dibuat dengan bantuan komputer tersebut. Maka setelah itu
teknologi pembelajaran terus berkembang dan bisa dikelompokan menjadi dua macam
bagian, yaitu: pertama, technology-based learning, dan kedua, technology-based
web-learning.
Technology –Based Learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information technologies
(radio, audio tape, voice mail, telepon), dan Video Information Technologies
(misalnya: video tape, video text, video messaging). Sedangkan
Yang sering dijumpai dalam
pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, adalah kombinasi dari teknologi yang
dituliskan di atas. Teknologi ini sering juga dipakai pada pendidikan jarak
jauh (distance education), yang dimaksudkan agar komunikasi antar guru
dan murid, serta antar sesama murid bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning
ini.
Sedangkan interaksi antara guru dan
murid bisa dilaksanakan melalui cara langsung atau tidak langsung, misalnya
pesan direkam dahulu sebelum digunakan, dan cara ini dikenal dengan nama a-synchronous.
B.
Karakteristik E-learning
Harus diakui bahwa fokus e-learning
lebih pada efisiensi proses belajar mengajar, cara pengajaran materi maupun
materi ajar siswa dapat mengacu pada kurikulum nasional. Siswa lebih pasif dan
berposisi sebagai konsumen pengetahuan. Guru dan dosen sebagai otoritas
pengetahuan yang didukung oleh sistem perpustakaan dan metode penyampaian.
Materi pelajaranpun bisa diperoleh
secara gratis dalam bentuk file-file yang dapat di download. Sedangkan
interaksi antara guru dan siswa dalam bentuk memberikan tugas, maupun diskusi
dapat dilakukan secara lebih intensif dalam bentuk forum diskusi dan email. E-learning
sebagai sebuah revolusi dalam bidang pendidikan sangatlah menakjubkan.
Sejalan dengan berkembangnya e-learning
ini, terutama yang menyangkut dengan istilah “e” atau singkatan dari elektronik,
e-learning ini mencakup banyak hal diluar teknologi internet itu
sendiri. Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala
teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewatr
teknologi elektronik internet. Meskipun demikian, e-learning memerlukan
perencanaan yang sangat matang. Seperti layaknya membangun sebuah sekolah
konvensional. E-learning mulai diperkenalkan pada dunia pendidikan sejak
tahun 1996, dan hingga sekarang terus disempurnakan ke tingkat yang paling
efektif dan bahkan melebihi tingkat efektifitas yang dapat dihasilkan oleh
sebuah sekolah konvensional.
Karakteristiuk e-learning itu
antara lain:




Di Amerika, beberapa perusahaan besar
yang ada, seperti Cysco System, Hewlwt Packard, IBM dan sebagainya
memanfaatkan sistem ini sebagai sarana promosi yang sangat efektif dan murah
disamping usaha untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menguasai
produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Melalui proyek ini, sumber
daya manusia yang dialokasikan untuk memasyarakatkan teknologi yang
dikembangkan oleh perusahaan tersebut dapat direduksi dan dimanfaatkan untuk
usaha lain yang menguntungkan, misalnya riset teknologi.
E-Learning secara umum dapat diikuti oleh segala usia. Namun fenomena lain
yang sangat menarik dari perkembangan e-learning di dunia barat adalah
munculnya golongan berusia rata-rata 38 tahun sebagai peserta terbesar dari
kelas-kelas e-learning yang telah disediakan. Bahkan umumnya, mereka
berstatus menikah dan telah memiliki rata-rata dua orang anak, dan sebagian
besar dari rata-rata peserta adalah laki-laki.
Dengan merancang sistem e-learning
yang personal, pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang
guru yang berkomunikasi dengan muridnya didepan kelas. Dengan pendekatan dan
interaksi yang lebih personal, siswa diperhatikan kemajuannya, serta dibantu
segala persoalan yang di hadapinya dalam pelajarannya. Hal ini akan membuat
peserta yang ada menjadi betah.
Dengan sistem yang cepat, respon
terhadap keluhan dan kebutuhan dalam penyampaian materi lebih dapat
ditingkatkan. Dengan respon yang cepat terhadap kondisi siswa yang sedang
belajar, akan memudahkan pengajar maupun pengelola untuk mengadakan
perbaikan-perbaikan selama proses belajar mengajar tanpa harus menunggu proses
tersebut berakhir lebih dahulu.
C.
Faktor-Faktor Yang Perlu
Dipertimbangkan Sebelum Memanfaatkan E-Learning
Ahli-ahli pendidikan dan internet
menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih
internet untuk kegiatan pembelajaran (Bullen, 2001; Hartanto dan Purbo, 2002:
Soekartawi et.al, 1999; Yusuf Hashim dan Razmah, 2001) antara lain:
1.
Analisis Kebutuhan
Dalam tahapan awal, satu hal yang
perlu dipertimbangkan adalah apakah memerlukan e-learning, untuk
menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab
berdasarkan atas saran orang lain. Sebab, setiap lembaga menentukan teknologi
pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu, perlu diadakan
analisis kebutuhan atau need analysis. Kalau analisis ini telah
dilaksanakan dan jawabannya adalah memerlukan e-learning, maka tahap
berikutnya adalah membuat studi kelayakan (fit and proper test),
(Soekartawi, 1995), yang komponen penilaiannya adalah:



2.
Rancangan Instruksional
Dalam menentukan rancangan
instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, et. Al 1999:
Yusuf Hashim dan Razmah, 2001):






3.
Tahap Pengembangan
Berbagai upaya dalam rangka
pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas
ICT yang ada. Hal ini terjadi karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak
dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan
ajar dan rancangan instruksional yang
akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinu.
4.
Tahap Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan
format; misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus
dilakukan. Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya
bagaimana menggunakan management course tools secara baik, apakah bahan
ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri.
D.
Penyelenggara e-learning
yang potensial
Beberapa instansi yang sangat
potensial untuk dijadikan mitra kerjasama dalam pengembangan teknologi ini
adalah kalangan akademisi (universitas, lembaga pendidikan dan keterampilan
(LPK), sekolah umum), dan kalangan industri (misalnya untuk perangkat lunak).
Beberapa alasan mengapa kedua organisasi tersebut dapat dijadikan partner yang
ideal dalam pengembangan e-learning, diantaranya adalah:


E.
Kelebihan dan Kekurangan
E-learning
Menyadari bahwa di internet dapat
ditemukan berbagai informasi, dan informasi itu dapat diakses secara lebih
mudah, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja,
pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain secara lebih mudah
melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet.
Dengan mengambil contoh SMART
School di Malaysia, setiap pengenalan sebuah teknologi pendidikan tertentu
yang baru seperti pemanfaatan internet, maka ada empat hal yang perlu
dipersiapkan, yaitu:




Dari berbagai pengalaman dan juga dari
berbagai informasi yang tersedia di berbagai literatur, memberikan petunjuk
tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam dunia pendidikan terbuka
dan jarak jauh (Elangoan, 1999, Soekartawi, 2002; Mulhivil, 1997, Utarini,
1997), antara lain disebutkan sebagai berikut:







Melalui pemanfaatan e-learning, akan
dapat diperoleh beberapa keuntungan yang cukup besar dibandingkan dengan usaha
pembangunan sekolah konvensional. Keuntungan yang paling nyata adalah
keuntungan secara finansial. Keuntungan ini diperoleh dari berkurangnya biaya
yang diperlukan untuk mengimplementaswikan sistem secara keseluruhan bila
dibandingkan dengan biaya untuk mendirikan bangunan sekolah beserta
perangkatnya, termasuk pengajar. Disamping itu, dari segi peserta didik, biaya
yang diperlukan untuk mengikuti sekolah konvensional, misalnya transportasi,
buku-buku, dan lain sebagainya dapat dikurangi, namun sebagai gantinya
diperlukan biaya untuk akses internet.
Pada tingkat lanjut, filosofi
e-learning tidak lagi digunakan. Konsep Knowledge Management, belajar
mandiri yang berbasis pada kreatifitas siswa dan mendorong siswa untuk
melakukan analisa hibgga sintesa pengetahuan tersebut menghasilkan pengetahuan,
informasi, dan pengetahuan itu sendiri menjadi fokus yang lebih mengarah ke
masa depan. Siswa tidak lagi dibombardir dengan doktrin ilmu pengetahuan,
tetapi lebih dirangsang untuk mengeksplorasi pengetahuan dan menjadi bagian
integral proses pemurnian pengetahuan itu sendiri. Pada tahapan ini, metode
belajar mengajar dan kurikulum nasional perlu mengalami perombakan lumayan
banyak. Terlepas dari adanya konsep yang sangat revolusioner ini dan sudah
diuji cobakan, piranti yang pada nantinya digunakan di e-learning maupun knowledge
management tidak berbeda jauh, hanya saja konsep dan filosofinya yang
berbeda sangat radikal.
Walaupun demikian, pemanfaatan
internet untuk pembelajaran e-learning juga tidak terlepas dari berbagai
kekurangan. Berbagai kritik antara lain dapat disebutkan sebagai berikut
(Bullen, 2001, Beam, 1997):








F.
Kondisi E-learning dan
Internet di Indonesia
Pemanfaatan e-learning khususnya
internet untuk kegiatan pembelajaran, apakah itu virtual library atau virtual
campus bukan saja sering terjadi di Asia Tenggara, namun sering juga
terjadi di Negara-negara yang lain. Jumlah lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan dengan menggunakan e-learning
banyak sekali jumlahnya.
Namun harus diakui bahwa pemanfaatan e-learning
di Indonesia masih tertinggal bila
dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filiphina dan
Singapura, atau bila dibandingkan negara-negara maju lainnya.
III.
Kesimpulan
E-learning adalah pembelajaran yang memerlukan alat bantu elektronika. Bisa
berupa Technology-Based Learning seperti audio dan video atau Web
Based-Learning (dengan perangkat internet dan komputer). Penggunaan
teknologi e-learning sebenarnya bisa dipakai untuk pendidikan tatap muka
atau pendidikan jarak jauh tergantung dari kepentingannya.
E-learning akan dimanfaatkan atau tidak, sangat tergantung bagaimana pengguna
memandang ataui menilai e-learning tersebut. Namun pada umumnya
digunakannya teknologi tersebut tergantung dari:




Dalam tulisan ini telah dijelaskan
apa itu e-learning dan bagaimana kemungkinan aplikasinya untuk pembelajaran,
khususnya pembelajaran terbuka dan jarak jauh. Keunggulan dan kelemahan telah
diulas serta prospeknya untuk masa depan pendidikan di Indonesia juga telah
dibahas. Upaya-upaya apa yang perlu dipersiapkan kalau seseorang atau lembaga
tertentu akan memanfaatkan internet juga telah disinggung. Begitu pula halnya
dengan dukungan pemerintah untuk e-learning ini juga telah di tampilkan. Sering
orang mencoba memulai teknologi e-learning ini dengan tanpa pertimbangan yang
matang. Ia menggunakan e-learning agar kelihatan bergengsi. Oleh karena itu,
satu hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memanfaatkan internet untuk
pembelajaran, yaitu melakukan analisis kelayakan apakah memang benar-benar
memerlukan e-learning tersebut.
Dalam analisis ini tentunya juga
sudah termasuk apakah secara teknis internet atau e-learning bisa dilaksanakan. Analisis ini menyangkut
ketersediaannya hardware khususnya komputer (lengkap dengan network-nya),
listrik, telepoin, dan software khususnya tersedianya tenaga, bahan ajar yang
siap di-online-kan dan management course tools yang akan dipakai. Juga apakah
secara ekonomis penggunaan internet ini menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Beam, P. (1997), Breaking The
Spinter’sekolah Wrist: Achieving Cost Effectiveness internet Online Learning. Paper
presented at The International Symposium on Distance Education and Open
Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP, UNESCO Tuban,
Bali, Indonesia.
Bullen, M. (2001), E-learning and
The Internalization Education, Malaysian Journal of Educational Technology 1
(1)
Elangovan, T. (1997), Internet
Based on Online Teaching Application with Learning Space, Paper presented
at The International Symposium on Distance Education and Open Learning
organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP, UNESCO Tuban, Bali,
Indonesia, 17-20 November 1997.
Hartanto A. A dan Purbo, O. W.
(2002), Teknologi E-learning Berbasis PHP dan my SQL, Elex Media
Computindo, Jakarta.
Hashim, Y. dan Raznah BT. Man
(2001), an Overview of Instructional Design and Development Models for
Electronic Instruction and Learning, Malaysian Journal of Educational
Technology 1 (1).
Ishaq A. (2001). On the Global
Divide, Finance and Development, September 2001.
Jatmiko R. (1997), Enchancing
Learning Experiences Throught the Use of Internet, Paper presented at The
International Symposium on Distance Education and Open Learning organized by
MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP, UNESCO Tuban, Bali, Indonesia.

Munaf DR. (2001), Cultural
Threats on Development of ICT as a tool for oper and distance learning. Speech
delivered at the 7 th International Symposium on Distance and Open Learning at
Yogyakarta November 2001.
Soekartawi (1995), Monitoring dan
Evaluasi Proyek Pendidikan, PT. Rajawali Press, Jakarta.
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar