Sabtu, 31 Maret 2012

KEMIMPINAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGGUNA SEKOLAH



BAB I
PENDAHULUAN

Kepemimpinan yang memberdayakan mengimplikasikan suatu keinginan untuk melimpahkan tanggung jawab dan berusaha membantu dalam menentukan kondisi dimana orang lain dapat berhasil. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menjelaskan apa yang diharapkannya, harus menghargai kontribusi setiap orang, harus membawa lebih banyak orang keluar “kotak organisasi” dan harus mendorong setiap orang untuk berani mengemukakan pendapat.[1]
Etika dari pemimpin yang memberdayakan adalah menghormati orang dan menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang berbeda-beda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka, jujur, bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan yang lain, mengakui nilai pertumbuhan dan perkembangan pribadi, mementingkan kepuasaan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap dimana setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif. Nilai-nilai etis ini akan membantu organisasi menjadi lebih kuat dan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja bagi setiap individu.
Pada dasarnya pemberdayaan merupakan pelepasan atau pembebasan, bukan pengendalian energi manusia yang dilakukan dengan meniadakan segala peraturan, prosedur, perintah dan lain-lain yang tidak perlu, yang merintangi organisasi untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan bertujuan
menghapuskan hambatan-hambatan sebanyak mungkin guna membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya memperlambat reaksi dan merintangi aksi mereka.
Visi, pemimpin yang memberdayakan melihat semuanya secara luas dan mendorong pemahaman anggota tim tentang bagimana cara mereka menyesuaikan diri dengan situasi dan berbagi dengan anggota tim tentang kemungkinan-kemungkinan baru di masa mendatang. Mereka memotivasi yang lain dengan visi tentang apa yang mereka coba meraih dan mendorong tim untuk memikirkan cara sampai ke sana. Realita, kepemimpinan yang memberdayakan menanggapi dan mencari fakta-fakta tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi. Mereka tetap menjaga agar kaki mereka tetap menginjak bumi dengan secara teratur “memeriksa realita” dan tidak mudah terpedaya atau mengabaikan tanda-tanda peringatan. Mereka menyadari akan keberadaan orang lain dan keberadan mereka sendiri.
Pemimpin yang memberdayakan sensitif terhadap orang (sesama manusia), siap memenuhi kebutuhan orang lain dan melakukannya dengan cara etis yang akan membangun saling percaya dan menghormati. Keberanian, pemimpin yang memberdayakan adalah pemimpin yang siap bernisiatif dan mau mengambil resiko. Mereka tidak terbelenggu oleh cara-cara lama dalam menangani sesuatu di masa lalu atau oleh ketakutan-ketakutan akan kesalahan yang tidak beralasan.
Pengaruh masyarakat terhadap sekolah sebagai lembaga sosial terasa amat kuat, dan berpengaruh pula kepada para individu-individu yang ada dalam lingkungan sekolah.[2] Lingkungan dimana sekolah berada, merupakan masyarakat kompleks, terdiri dari berbagai macam tingkatan masyarakat yang saling melengkapi dan bersifat unik, sebagai akibat latar belakang budaya yang beraneka ragam.
            Hasil penelitian menunjukkan betapa penting dan perlunya program sekolah selalu menghayati adanya hubungan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat. Masyarakat yang kompleks yang terdiri dari kelompok-kelompok terkecil dengan ciri-ciri kolektif yang dimilikinya, dimana sekolah itu berada adakalanya mempunyai harapan khusus yang berbeda-beda terhadap kebijaksanaan sekolah seperti sasaran, tujuan, kurikulum, program dan sebagainya.
            Dalam hal ini, kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peranan yang menentukan sebagai satu kekuatan atau kewibawaan di dalam menghimpun dan menggerakkan sumber daya didalam kerjasama dengan masyarakat pendidikan yang lebih luas, serta untuk memperoleh berbagai dukungan sumber daya manusia, dana, serta dukungan informasi berbagai lembaga dan dukungan politis dari segenap jajaran aparat pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.          PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah: sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola pola interaksi, hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dari jabatan administratif dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.[3] Sedangkn secara umum, kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.[4] Definisi kepemimpinan ini membawa kesimpulan bahwa proses kepemimpinan itu adalah suatu fungsi dari pimpinan, pengikut dan variabel-variabel lain.
Kepemimpinan harus ada jika suatu organisasi hendak berjalan efektif. Bahkan para pekerja yang baik sekalipun perlu mengetahui bagaimana mereka bisa menyumbang pada tujuan oraganisasi, sedang bagi mereka yang kurang bergairah memerlukan kepemimpinan yang didasarkan atas motivasi eksternal untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan mereka sejalan dengan tujuan organisasi.[5]
Kepemimpinan pendidikan yang diperlukan saat ini adalah kepemimpinan yang didasarkan pada jati diri bangsa yang hakiki yang bersumber dari nilai-nilai budaya dan agama, serta mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan kususnya dan umumnya atas kemajuan-kemajuan yang diraih diluar sistem sekolah.[6]
Pada dasarnya pemberdayaan merupakan pelepasan atau pembebasan, bukan pengendalian energi manusia yang dilakukan dengan meniadakan segala peraturan, prosedur, perintah dan lain-lain yang tidak perlu, yang merintangi organisasi untuk mencapai tujuannya.[7] Pemberdayaan bertujuan menghapuskan hambatan-hambatan sebanyak mungkin guna membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya memperlambat reaksi dan merintangi aksi mereka .Pemberdayaan harus didukung oleh sejumlah etika yang konsisten, dan orang-orang yang hidup dengan etika tersebut memberikan contoh bagi yang lain.
Etika dari pemimpin yang memberdayakan adalah menghormati orang dan menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang berbeda-beda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka, jujur, bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan yang lain, mengakui nilai pertumbuhan dan perkembangan pribadi, mementingkan kepuasaan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap dimana setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif.[8] Nilai-nilai etis ini akan membantu organisasi menjadi lebih kuat dan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja bagi setiap individu.

B.           PENTINGNYA MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah secara optimal.[9] Hal ini penting, karena sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan program tersebut. Di sisi  lain, masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Jalinan semacam itu dapat terjadi, jika kepala sekolah aktif dan dapat membangun hubungan yang saling menguntungkan. Walaupun sebenarnya di sekolah sudah ada petugas khusus untuk membina hubungan dengan masyarakat, yaitu wakil kepala sekolah urusan humas. Dengan demikian, yang adalah bagimana mengoptimalkan peran dan fungsi petugas tersebut.
Menurut Sutisna ada beberapa maksud hubungan antara kepala sekolah dengan masyarakat yang diantaranya adalah:[10]
a)            untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah
b)            untuk menilai program sekolah
c)            untuk mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik
d)           untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan
e)            untuk membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
f)             untuk memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah
g)            untuk mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah.

Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat besar manfaat dan artinya bagi kepentingan pembinaan dukungan moral, material, dan pemanfaatan masyarakat sebagai sumber belajar. Selanjutnya bagi masyarakat dapat mengetahui berbagai hal mengenai sekolah dan inovasi-inovasi yang dihasilkan, menyalurkan kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan, melakukan tekanan, dan tuntutan terhadap sekolah. Berbagai teknik dan media dapat dilakukan dalam kontek ini seperti mengadakan rapat atau pertemuan, surat menyurat, buku penghubung, buletin sekolah dan kegiatan ektra kurikuler yang bermanfaat bagi peserta didik maupun orang tua.
Model manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta pembinaan secara berkelanjutan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya, khusunya masyarakat yang berkepentingan langsung dengan sekolah. Dengan demikian kegiatan operasional pendidikan, kinerja dan produktivitas sekolah diharapkan semakin efektif dan efisien. Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Dengan demikian pendidikan yang berupa lulusan akan menjadi harapan dan dambaan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh menjadi manara gading bagi masyarakat.[11]
Keterbatasan pemerintah dalam pengadan sarana dan prasarana, serta pembiayaan pendidikan menyebabkan dukungan dan partisipasi masyarakat menjadi semakin penting, terutama masyarakat yang terkait langsung dengan sekolah yang bersangkutan. Pendidikan sebagai lembaga lembaga sosial akan semakin lancar dan berhasil dalam melaksanakan tugasnya, serta memperoleh simpati dari masyarakat, jika dapat menjalin hubungan yang akrab dan serasi dengan segenap masyarakat dan lingkungan melalui manajemen pengembangan hubungan masyarakat dan sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengemabangkan pertumbuhan peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai simtem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya, sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban memberikan penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sebaliknya  sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dan masyarakat harus dibina dikembangkan suatu hubungan yang harmonis.
Memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar ini, semakin dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami pentingnya pendidikan. Namun tidak berarti pada masyarakat yang masih kurang menyadari pentingya pendidikan, hubungan kerjasama ini tidak perlu dibina dan dikembangkan. Pada masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendididikan, sekolah di tuntut lebih aktif dan kreatif untuk mengembangkan kerjasama yang lebih harmonis.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Gambaran dan kondisi sekolah ini dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, buletin bulalan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan oleh tenaga kependidikan sekolah,  radio dan televisi, serta laporan tahunan.
Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan kunci keberhasilan, yang harus menaruh perhatian terhadap apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk berusaha membina dan mengembangkan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efesien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:[12]
1)            saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk di dunia kerja
2)            saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan peranan masing-masing
3)            kerjasana yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan mereka merasa bangga dan ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.
Dengan memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah diharapkan tercapai hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu meningkatnya kinerja sekolah dan terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap berbagai kompetensi dasar yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja di dunia usaha, melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hidup di masyarakat secara layak, dan belajar terus untuk meningkatkan diri sesuai dengan azaz belajar sepanjang hayat.

C.          MENGGALANG PARTISIPASI MASYARAKAT
Partisipasi masyarakat mengacu pada adanya keikutsertaan masyarakat secara nyata dalam  suatu kegiatan.[13] Partisipasi itu bisa berupa gagasan.,kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam sistem pemerintahan yang kebijakanya bersifat top down, partisipasi masyarakat dalam kebijakan-kebijakan yang di buat dan di implementasikan tidak begitu dipermasalahkan, namun pada sistem pemerintahan yang bottom up, tingginya partisipasi masyarakat dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kebijakan tersebut.
Koentjaraningrat menggolongkan partisipasi masyarakat kedalam tipologinya, ialah partisipasi kuantitatif  dan partisipasi kualitatif.[14] Partisipasi kuantitatif menunjuk pada frekuensi keikutsertaan masyarakat terhadap implementasi kebijkan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk pada tingkat dan derajadnya. Partisipasi masyarakat juga dapat dikelompokkan berdasarkan posisi individu dalam kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat dalam aktifitas bersama dalam proyek khusus. Kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai individu dalam  aktifitas bersama pemabangunan. Toha menggolongkan partisipasi masyarakat ke dalam tiga kelompok, yaitu partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperan serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya, partisipasi mobilisasi, partisipasi seremoni.
Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari cakupanya. Partisipasi secara sempit, partisipasi secara luas dan partisipasi yang merupakan dari lawan kegiatan politik. Secara luas, partisipasi dapat diartikan sebagai demokrtisasi politik. Di dalamnya masyarakat menentukan tujuan, setrategi dan perwakilanya dalam pelaksanaan kebijakan sebagai keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses dan pengembangan masyarakat sesuai dengan arti pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari kegiatan politik, partisipasi dapat diartikan sebagai upaya mendidik golongan masyarakat yang berbeda-beda kepentinganya untuk mengajukan secara rasional dan menerima secara sukarela keputusan pembangunan.
Dalam rangka desentralisasi dan demokratisasi pendidikan, partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Masyarakat harus menjadi patner sekolah dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, karena kerjasama antara keduanya sangat penting dalam membentuk peserta didik. Dalam suasana yang demikian, sekolah memilki dua fungsi yang utama, yaitu sebagai patner masyarakat dan sebagai penghasil tenaga kerja terdidik. Sebagai patner masyarakat, sekolah akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat, bahah bacaan, tontonan, dan kondisi sosial ekonomi. Sekolah juga harus bertangngung jawab terhadap perubahan masyarakat,  yang dapat dilakukan melalui fungsi layanan dan bimbingan, dan forum komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Di sisi lain, kesadaran peserta didik untuk mendayagunakan masyarakat sebagai sumber belajar di pengaruhi oleh kegiatan dan pengalaman belajar yang diikutinya di sekolah.
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikemukakan sekolah dan masyarakat merupakan patnership dalam berbagai aktifitas yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan diantaranya:
1)            Sekolah dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.
2)            Sekolah dengan tenaga kependidikan menyadari petingnya kerjasama dengan masyarakat, bukan saja dalam melakukan pembaruan, tetapi juga dalam menerima berbagai konsekwensi dan dampaknya, serta mencari alternatif pemecahanya
3)            Sekolah dengan masyarakat sekitar memilki andil dan mengambil bagian serta bantuan dalam pendikan di sekolah, untuk mengembangkan berbagai potensi secara optimal sesuai dengan harapan peserta didik.

Sekolah dan masyarakat memilki hubungan rasional yaitu: 1) adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan kebutuhan masyarakat; 2) ketetapan sasaran dan target pendidikan yang ditangani oleh sekolah ditentukan oleh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah dan masyarakat; dan 3) keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sangat dipengaruhi oleh ikatan objektif antara sekolah dengan masyarakat. Ikatan objektif dapat berupa perhatian, penghargaan, dan bantuan tertentu; seperti dana, fasilitas, dan bentuk bantuan lain, baik bersifat ekonomis maupun non ekonomis, yang memberikan makna penting pada eksistensi dan hasil pendidikan.
Sejalan dengan bergulirnya roda reformasi yang didorong oleh mahasiswa dan masyarakat pada umunya, persepsi dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini, terutama berangkat dari tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membekali anaknya dengan berbagai pengetahuan dan teknologi sebagai bekal menghadapi tantangan di masa depan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa hubungan manajemen sekolah dengan masyarakat perlu senantiasa di kembangkan.
Hubungan dengan masyarakat akan tumbuh jika masyarakat juga merasakan manfaat dari keikutsertaanya dalam program sekolah. Manfaat dapat diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan bagi kemampuanya untuk kepentingan sekolah. Jadi, prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah dapat saling memberikan kepuasan.  Salah satu jalan penting membina hubungan dengan masyarakat adalah menetapkan komunikasi yang efektif.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dan tenaga kependidikan untuk menggalang partisipasi masyarakat;
a.       melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan, dan pentas seni. Pelibatan masyarakat disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan pekerjaan mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan di sekolah.
b.      mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh tersebut yang pertama kali harus di hubungi, diajak kompromi, konsultasi, dan dimintai bantuan untuk menarik masyarakat berpartisipasi dalam program dan kegiatan sekolah. Tokoh-tokoh tersebut mungkin berasal dari orang tua peserta didik, figur masyarakat, kyai, olah ragawan, seniman, informal lader, psikolog, dokter dan pengusaha.
c.       melibatkan tokoh masyarakat tersebut dalam berbagai program dan kegiatan sekolah. Yang sesuai dengan minatnya misalnya olah ragawan dapat dilibatkan dalam pembinaan olah raga di sekolah, dokter dapat dilibatkan dalam UKS, atau PMR dan penyuluhan, psikolog dapat dilibatkan dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Selanjutnya tokoh masayakat tersebut dijadikan mediator dengan masyarakat pada umumnya.
d.      memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masayarakat sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Misalnya, awal pelibatan olah ragawan dikaitkan dengan kegiatan porda, ketika minat masyarakat terhadap olah raga meningkat, awal pelibatan dokter di mulai pada awal hari kesehatan nasional, atau pada saat kegiatan imunisasi di sekolah.

Tak kenal maka tak sayang” , itulah yang harus dijadikan dorongan bagi sekolah untuk memperkenalkan program dan kegiatanya kepada masyarakat. Program dan kegiatan yang dikembangkan harus menguntungkan kedua belah pihak (mutualisme), sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat secara langsung  jika membantu program sekolah. Untuk kepentingan tersebut, dan dalam rangka menggalang partisipasi masyarakat, Depertemen pendidikan dan Kebudayan mengemukakan bahwa sekolah dapat:
a)            melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan lingkungan dan membantu lalu lintas di sekitar sekolah. Program sederhana seperti itu, secara perlahan tapi pasti akan menumbuhkan simpati masyarakat.
b)            Mengadakan open house yang dapat memberikan masyarakat luas untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah. Tentu saja dalam kesempatan semacam itu sekolah perlu menonjolkan program-program yang menarik minat masyarakat.
c)            Mengadakan buletin sekolah, majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat kegiatan dan program sekolah untuk di informasikan kepada masyarakat.
d)           Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu program sekolah. Misalnya mengundang dokter yang tinggal di sekitar sekolah atau orang tua murid untuk menjadi pembicara atau pengguna program kesehatan sekolah.
e)            Membuat program kerjasama sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam perayaan hari nasional dan keagamaan.
Dalam  menyusun dan melaksanakan program tersebut  tokoh masyarakat harus dilibatkan sehingga dapat berperan mempromosikan kepada masyarakat luas. Secara lebih operasional, sekolah dapat menggalang partisipasi masyarakat melalui dewan sekolah, rapat bersama, konsultasi, radio dan televisi, surat dan telepon, pameran sekolah serta cermah.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
  1. Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah: sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola pola interaksi, hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dari jabatan administratif dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.
  2. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah secara optimal.
  3. Menurut Sutisna ada beberapa maksud hubungan antara kepala sekolah dengan masyarakat yang diantaranya adalah:
a)            untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah
b)            untuk menilai program sekolah
c)            untuk mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik
d)           untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan
e)            untuk membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
f)             untuk memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah
g)            untuk mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah.
  1. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dan tenaga kependidikan untuk menggalang partisipasi masyarakat;
a)            melibatkan masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan, dan pentas seni.
b)            mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya.
c)            melibatkan tokoh masyarakat tersebut dalam berbagai program dan kegiatan sekolah.
d)           memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masayarakat sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat.
5.                  Dalam rangka menggalang partisipasi masyarakat, Depertemen pendidikan dan Kebudayan mengemukakan bahwa sekolah dapat:
a)            melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan lingkungan dan membantu lalu lintas di sekitar sekolah.
b)             Mengadakan open house yang dapat memberikan masyarakat luas untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah.
c)            Mengadakan buletin sekolah, majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat kegiatan dan program sekolah untuk di informasikan kepada masyarakat.
d)           Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu program sekolah. Misalnya mengundang dokter yang tinggal di sekitar sekolah atau orang tua murid untuk menjadi pembicara atau pengguna program kesehatan sekolah.
e)            Membuat program kerjasama sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam perayaan hari nasional dan keagamaan.









DAFTAR PUSTAKA

Irpan, Makalah pendekatan dan studi efektifitas kepemimpinan. Malang: Pasca    
        Sarjana, 2007.
Komariah, Aan, Visionari leadership menuju sekolah efektif. Jakarta: Bumi aksara,  
        2004.
Muhammad Shaleh, Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan Guru. Makalah, 4  
        Maret 2007.
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung; Remaja Rosda Karya,
        2005.
Oteng, Sutisna,  Administrasi pendidikan, dasar teoritis untuk praktek profesional.
        Bandung: Angkasa, 1987.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan kepala sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003.



[1] Muhammad Shaleh, Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan Guru (Makalah, 4 Maret 2007)
[2] Wahjosumijo, Kepemimpinan kepala Sekolah ( Jakarta: Raja Grafindo 2003), 331
[3] Wahjosumidjo, Kepemimpinan kepala sekolah (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003), 15
[4] Irpan, Makalah pendekatan dan studi efektifitas kepemimpinan ( Malang: Pasca Sarjana, 2007), 1
[5] Sutisna Oteng, Administrasi pendidikan, dasar teoritis untuk praktek profesional (Bandung: Angkasa, 1987), 254
[6]Aan Komariah, Visionari leadership menuju sekolah efektif (Jakarta: Bumi aksara, 2004),  80
[7] Muhammad Shaleh, Peran Kepala Sekolah.,,, (Makalah, 4 Maret 2007)
[8] Ibid.
[9] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung; Remaja Rosda Karya, 2005), 163
[10] Ibid, 164
[11] Ibid, 165
[12] Ibid, 166
[13] Ibid, 170
[14] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar