BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan yang
memberdayakan mengimplikasikan suatu keinginan untuk melimpahkan tanggung jawab
dan berusaha membantu dalam menentukan kondisi dimana orang lain dapat
berhasil. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menjelaskan apa yang
diharapkannya, harus menghargai kontribusi setiap orang, harus membawa lebih
banyak orang keluar “kotak organisasi” dan harus mendorong setiap orang untuk
berani mengemukakan pendapat.[1]
Etika dari pemimpin yang
memberdayakan adalah menghormati orang dan menghargai kekuatan dan kontribusi
mereka yang berbeda-beda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka, jujur,
bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan yang lain, mengakui nilai
pertumbuhan dan perkembangan pribadi, mementingkan kepuasaan pelanggan,
berusaha memenuhi kebutuhan akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang
tetap dimana setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif. Nilai-nilai
etis ini akan membantu organisasi menjadi lebih kuat dan menjadi tempat yang
lebih baik untuk bekerja bagi setiap individu.
Pada dasarnya pemberdayaan
merupakan pelepasan atau pembebasan, bukan pengendalian energi manusia yang
dilakukan dengan meniadakan segala peraturan, prosedur, perintah dan lain-lain
yang tidak perlu, yang merintangi organisasi untuk mencapai tujuannya.
Pemberdayaan bertujuan
menghapuskan hambatan-hambatan sebanyak mungkin guna membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya memperlambat reaksi dan merintangi aksi mereka.
menghapuskan hambatan-hambatan sebanyak mungkin guna membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya memperlambat reaksi dan merintangi aksi mereka.
Visi, pemimpin yang
memberdayakan melihat semuanya secara luas dan mendorong pemahaman anggota tim
tentang bagimana cara mereka menyesuaikan diri dengan situasi dan berbagi
dengan anggota tim tentang kemungkinan-kemungkinan baru di masa mendatang.
Mereka memotivasi yang lain dengan visi tentang apa yang mereka coba meraih dan
mendorong tim untuk memikirkan cara sampai ke sana. Realita, kepemimpinan yang
memberdayakan menanggapi dan mencari fakta-fakta tentang apa yang sebenarnya
sedang terjadi. Mereka tetap menjaga agar kaki mereka tetap menginjak bumi
dengan secara teratur “memeriksa realita” dan tidak mudah terpedaya atau
mengabaikan tanda-tanda peringatan. Mereka menyadari akan keberadaan orang lain
dan keberadan mereka sendiri.
Pemimpin yang memberdayakan
sensitif terhadap orang (sesama manusia), siap memenuhi kebutuhan orang lain
dan melakukannya dengan cara etis yang akan membangun saling percaya dan
menghormati. Keberanian, pemimpin yang memberdayakan adalah pemimpin yang siap
bernisiatif dan mau mengambil resiko. Mereka tidak terbelenggu oleh cara-cara
lama dalam menangani sesuatu di masa lalu atau oleh ketakutan-ketakutan akan
kesalahan yang tidak beralasan.
Pengaruh masyarakat terhadap
sekolah sebagai lembaga sosial terasa amat kuat, dan berpengaruh pula kepada
para individu-individu yang ada dalam lingkungan sekolah.[2] Lingkungan dimana sekolah berada,
merupakan masyarakat kompleks, terdiri dari berbagai macam tingkatan masyarakat
yang saling melengkapi dan bersifat unik, sebagai akibat latar belakang budaya
yang beraneka ragam.
Hasil
penelitian menunjukkan betapa penting dan perlunya program sekolah selalu
menghayati adanya hubungan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat. Masyarakat
yang kompleks yang terdiri dari kelompok-kelompok terkecil dengan ciri-ciri
kolektif yang dimilikinya, dimana sekolah itu berada adakalanya mempunyai
harapan khusus yang berbeda-beda terhadap kebijaksanaan sekolah seperti
sasaran, tujuan, kurikulum, program dan sebagainya.
Dalam
hal ini, kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peranan yang menentukan sebagai
satu kekuatan atau kewibawaan di dalam menghimpun dan menggerakkan sumber daya
didalam kerjasama dengan masyarakat pendidikan yang lebih luas, serta untuk
memperoleh berbagai dukungan sumber daya manusia, dana, serta dukungan
informasi berbagai lembaga dan dukungan politis dari segenap jajaran aparat
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah:
sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola pola
interaksi, hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dari jabatan administratif
dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.[3]
Sedangkn secara umum, kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai proses mempengaruhi
kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam
situasi tertentu.[4]
Definisi kepemimpinan ini membawa kesimpulan bahwa proses kepemimpinan itu
adalah suatu fungsi dari pimpinan, pengikut dan variabel-variabel lain.
Kepemimpinan harus ada
jika suatu organisasi hendak berjalan efektif. Bahkan para pekerja yang baik
sekalipun perlu mengetahui bagaimana mereka bisa menyumbang pada tujuan
oraganisasi, sedang bagi mereka yang kurang bergairah memerlukan kepemimpinan
yang didasarkan atas motivasi eksternal untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan
mereka sejalan dengan tujuan organisasi.[5]
Kepemimpinan pendidikan yang diperlukan saat ini adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada jati diri bangsa yang hakiki yang bersumber dari nilai-nilai
budaya dan agama, serta mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi
di dalam dunia pendidikan kususnya dan umumnya atas kemajuan-kemajuan yang
diraih diluar sistem sekolah.[6]
Pada dasarnya pemberdayaan merupakan pelepasan atau
pembebasan, bukan pengendalian energi manusia yang dilakukan dengan meniadakan
segala peraturan, prosedur, perintah dan lain-lain yang tidak perlu, yang
merintangi organisasi untuk mencapai tujuannya.[7]
Pemberdayaan bertujuan menghapuskan hambatan-hambatan sebanyak mungkin guna
membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya, melepaskan
mereka dari halangan-halangan yang hanya memperlambat reaksi dan merintangi
aksi mereka .Pemberdayaan harus didukung oleh sejumlah etika yang konsisten,
dan orang-orang yang hidup dengan etika tersebut memberikan contoh bagi yang
lain.
Etika dari pemimpin yang memberdayakan adalah
menghormati orang dan menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang
berbeda-beda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka, jujur, bertanggung
jawab untuk bekerjasama dengan yang lain, mengakui nilai pertumbuhan dan
perkembangan pribadi, mementingkan kepuasaan pelanggan, berusaha memenuhi
kebutuhan akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap dimana setiap
orang harus ikut ambil bagian secara aktif.[8]
Nilai-nilai etis ini akan membantu organisasi menjadi lebih kuat dan menjadi
tempat yang lebih baik untuk bekerja bagi setiap individu.
B.
PENTINGNYA MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT
Dalam rangka
mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan paradigma baru manajemen
pendidikan, disarankan perlunya memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah
secara optimal.[9] Hal
ini penting, karena sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun
program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan
program tersebut. Di sisi lain,
masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan program-program pendidikan
sesuai dengan yang diinginkan. Jalinan semacam itu dapat terjadi, jika kepala
sekolah aktif dan dapat membangun hubungan yang saling menguntungkan. Walaupun
sebenarnya di sekolah sudah ada petugas khusus untuk membina hubungan dengan
masyarakat, yaitu wakil kepala sekolah urusan humas. Dengan demikian, yang adalah bagimana mengoptimalkan
peran dan fungsi petugas tersebut.
Menurut Sutisna ada beberapa maksud hubungan antara kepala sekolah dengan
masyarakat yang diantaranya adalah:[10]
a)
untuk
mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah
b)
untuk
menilai program sekolah
c)
untuk
mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak
didik
d)
untuk
mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan
e)
untuk
membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
f)
untuk
memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah
g)
untuk
mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program
sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat besar manfaat dan artinya bagi
kepentingan pembinaan dukungan moral, material, dan pemanfaatan masyarakat
sebagai sumber belajar. Selanjutnya bagi masyarakat dapat mengetahui berbagai
hal mengenai sekolah dan inovasi-inovasi yang dihasilkan, menyalurkan kebutuhan
berpartisipasi dalam pendidikan, melakukan tekanan, dan tuntutan terhadap
sekolah. Berbagai teknik dan media dapat dilakukan dalam kontek ini seperti
mengadakan rapat atau pertemuan, surat menyurat, buku penghubung, buletin
sekolah dan kegiatan ektra kurikuler yang bermanfaat bagi peserta didik maupun
orang tua.
Model manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses
kegiatan sekolah yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan
bersungguh-sungguh, serta pembinaan secara berkelanjutan untuk mendapatkan
simpati dari masyarakat pada umumnya, khusunya masyarakat yang berkepentingan
langsung dengan sekolah. Dengan demikian kegiatan operasional pendidikan,
kinerja dan produktivitas sekolah diharapkan semakin efektif dan efisien. Pada
hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.
Dengan demikian pendidikan yang berupa lulusan akan menjadi harapan dan dambaan
masyarakat. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh menjadi manara gading bagi
masyarakat.[11]
Keterbatasan pemerintah dalam pengadan sarana dan prasarana, serta
pembiayaan pendidikan menyebabkan dukungan dan partisipasi masyarakat menjadi
semakin penting, terutama masyarakat yang terkait langsung dengan sekolah yang
bersangkutan. Pendidikan sebagai lembaga lembaga sosial akan semakin lancar dan
berhasil dalam melaksanakan tugasnya, serta memperoleh simpati dari masyarakat,
jika dapat menjalin hubungan yang akrab dan serasi dengan segenap masyarakat
dan lingkungan melalui manajemen pengembangan hubungan masyarakat dan sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan sarana yang
sangat berperan dalam membina dan mengemabangkan pertumbuhan peserta didik di
sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai simtem sosial merupakan bagian integral
dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat
memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau
pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya, sekolah juga harus menunjang
pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya kebutuhan
pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban memberikan penerangan tentang
tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat.
Sebaliknya sekolah juga harus mengetahui
dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap
sekolah. Dan masyarakat harus dibina dikembangkan suatu hubungan yang harmonis.
Memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar ini, semakin dirasakan
pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami pentingnya
pendidikan. Namun tidak berarti pada masyarakat yang masih kurang menyadari
pentingya pendidikan, hubungan kerjasama ini tidak perlu dibina dan
dikembangkan. Pada masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendididikan,
sekolah di tuntut lebih aktif dan kreatif untuk mengembangkan kerjasama yang
lebih harmonis.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung
jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan
tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerjasama yang baik antara sekolah dan
masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas
tentang sekolah yang bersangkutan. Gambaran dan kondisi sekolah ini dapat
diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid,
buletin bulalan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan
ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan oleh tenaga kependidikan
sekolah, radio dan televisi, serta
laporan tahunan.
Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah, kepala sekolah
dan guru merupakan kunci keberhasilan, yang harus menaruh perhatian terhadap
apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang
tua dan masyarakat tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk berusaha
membina dan mengembangkan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat
guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efesien. Hubungan yang harmonis ini
akan membentuk:[12]
1)
saling
pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang
ada di masyarakat, termasuk di dunia kerja
2)
saling
membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan
peranan masing-masing
3)
kerjasana
yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat dan
mereka merasa bangga dan ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di
sekolah.
Dengan memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah diharapkan tercapai
hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu meningkatnya kinerja sekolah dan
terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan
efisien sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkualitas. Lulusan
yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap berbagai
kompetensi dasar yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja di dunia usaha,
melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hidup di
masyarakat secara layak, dan belajar terus untuk meningkatkan diri sesuai
dengan azaz belajar sepanjang hayat.
C.
MENGGALANG PARTISIPASI MASYARAKAT
Partisipasi masyarakat mengacu pada adanya keikutsertaan masyarakat secara
nyata dalam suatu kegiatan.[13]
Partisipasi itu bisa berupa
gagasan.,kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam sistem
pemerintahan yang kebijakanya bersifat top down, partisipasi masyarakat dalam
kebijakan-kebijakan yang di buat dan di implementasikan tidak begitu
dipermasalahkan, namun pada sistem pemerintahan yang bottom up, tingginya
partisipasi masyarakat dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kebijakan tersebut.
Koentjaraningrat menggolongkan partisipasi masyarakat kedalam tipologinya,
ialah partisipasi kuantitatif dan
partisipasi kualitatif.[14] Partisipasi kuantitatif menunjuk pada frekuensi keikutsertaan masyarakat
terhadap implementasi kebijkan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk pada
tingkat dan derajadnya. Partisipasi masyarakat juga dapat dikelompokkan
berdasarkan posisi individu dalam kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat
dalam aktifitas bersama dalam proyek khusus. Kedua, partisipasi anggota
masyarakat sebagai individu dalam
aktifitas bersama pemabangunan. Toha menggolongkan partisipasi
masyarakat ke dalam tiga kelompok, yaitu partisipasi mandiri yang merupakan
usaha berperan serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya, partisipasi
mobilisasi, partisipasi seremoni.
Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari cakupanya. Partisipasi
secara sempit, partisipasi secara luas dan partisipasi yang merupakan dari
lawan kegiatan politik. Secara luas, partisipasi dapat diartikan sebagai demokrtisasi
politik. Di dalamnya masyarakat menentukan tujuan, setrategi dan perwakilanya
dalam pelaksanaan kebijakan sebagai keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan
proses dan pengembangan masyarakat sesuai dengan arti pembangunan sendiri.
Sebagai lawan dari kegiatan politik, partisipasi dapat diartikan sebagai upaya
mendidik golongan masyarakat yang berbeda-beda kepentinganya untuk mengajukan
secara rasional dan menerima secara sukarela keputusan pembangunan.
Dalam rangka desentralisasi dan demokratisasi pendidikan, partisipasi
masyarakat sangat diperlukan. Masyarakat harus menjadi patner sekolah dalam
melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, karena kerjasama antara keduanya
sangat penting dalam membentuk peserta didik. Dalam suasana yang demikian, sekolah
memilki dua fungsi yang utama, yaitu sebagai patner masyarakat dan sebagai
penghasil tenaga kerja terdidik. Sebagai patner masyarakat, sekolah akan
dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat,
bahah bacaan, tontonan, dan kondisi sosial ekonomi. Sekolah juga harus
bertangngung jawab terhadap perubahan masyarakat, yang dapat dilakukan melalui fungsi layanan
dan bimbingan, dan forum komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Di sisi
lain, kesadaran peserta didik untuk mendayagunakan masyarakat sebagai sumber
belajar di pengaruhi oleh kegiatan dan pengalaman belajar yang diikutinya di
sekolah.
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikemukakan sekolah dan masyarakat
merupakan patnership dalam berbagai aktifitas yang berkaitan dengan aspek-aspek
pendidikan diantaranya:
1)
Sekolah
dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pembinaan pribadi peserta didik.
2)
Sekolah
dengan tenaga kependidikan menyadari petingnya kerjasama dengan masyarakat,
bukan saja dalam melakukan pembaruan, tetapi juga dalam menerima berbagai
konsekwensi dan dampaknya, serta mencari alternatif pemecahanya
3)
Sekolah
dengan masyarakat sekitar memilki andil dan mengambil bagian serta bantuan
dalam pendikan di sekolah, untuk mengembangkan berbagai potensi secara optimal
sesuai dengan harapan peserta didik.
Sekolah dan masyarakat memilki hubungan rasional yaitu: 1) adanya
kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan
kebutuhan masyarakat; 2) ketetapan sasaran dan target pendidikan yang ditangani
oleh sekolah ditentukan oleh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah dan
masyarakat; dan 3) keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan
pesanan masyarakat sangat dipengaruhi oleh ikatan objektif antara sekolah
dengan masyarakat. Ikatan objektif dapat berupa perhatian, penghargaan, dan
bantuan tertentu; seperti dana, fasilitas, dan bentuk bantuan lain, baik
bersifat ekonomis maupun non ekonomis, yang memberikan makna penting pada
eksistensi dan hasil pendidikan.
Sejalan dengan bergulirnya roda reformasi yang didorong oleh mahasiswa dan
masyarakat pada umunya, persepsi dan pemahaman masyarakat akan pentingnya
pendidikan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini, terutama berangkat dari
tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membekali anaknya dengan
berbagai pengetahuan dan teknologi sebagai bekal menghadapi tantangan di masa
depan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa hubungan manajemen sekolah dengan
masyarakat perlu senantiasa di kembangkan.
Hubungan dengan masyarakat akan tumbuh jika masyarakat juga merasakan
manfaat dari keikutsertaanya dalam program sekolah. Manfaat dapat diartikan
luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat menyumbangkan bagi
kemampuanya untuk kepentingan sekolah. Jadi, prinsip menumbuhkan hubungan
dengan masyarakat adalah dapat saling memberikan kepuasan. Salah satu jalan penting membina hubungan
dengan masyarakat adalah menetapkan komunikasi yang efektif.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dan tenaga
kependidikan untuk menggalang partisipasi masyarakat;
a. melibatkan masyarakat dalam berbagai
program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti
bakti sosial, perpisahan, peringatan hari besar nasional, keagamaan, dan pentas
seni. Pelibatan masyarakat disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan pekerjaan
mereka dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan di sekolah.
b. mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu
orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh tersebut
yang pertama kali harus di hubungi, diajak kompromi, konsultasi, dan dimintai
bantuan untuk menarik masyarakat berpartisipasi dalam program dan kegiatan
sekolah. Tokoh-tokoh tersebut mungkin berasal dari orang tua peserta didik,
figur masyarakat, kyai, olah ragawan, seniman, informal lader, psikolog, dokter
dan pengusaha.
c. melibatkan tokoh masyarakat tersebut dalam
berbagai program dan kegiatan sekolah. Yang sesuai dengan minatnya misalnya
olah ragawan dapat dilibatkan dalam pembinaan olah raga di sekolah, dokter
dapat dilibatkan dalam UKS, atau PMR dan penyuluhan, psikolog dapat dilibatkan
dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Selanjutnya tokoh masayakat tersebut
dijadikan mediator dengan masyarakat pada umumnya.
d. memilih waktu yang tepat untuk melibatkan
masayarakat sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Misalnya, awal
pelibatan olah ragawan dikaitkan dengan kegiatan porda, ketika minat masyarakat
terhadap olah raga meningkat, awal pelibatan dokter di mulai pada awal hari
kesehatan nasional, atau pada saat kegiatan imunisasi di sekolah.
”Tak kenal maka tak sayang” ,
itulah yang harus dijadikan dorongan bagi sekolah untuk memperkenalkan program
dan kegiatanya kepada masyarakat. Program dan kegiatan yang dikembangkan harus
menguntungkan kedua belah pihak (mutualisme), sehingga masyarakat dapat
merasakan manfaat secara langsung jika
membantu program sekolah. Untuk kepentingan tersebut, dan dalam rangka
menggalang partisipasi masyarakat, Depertemen pendidikan dan Kebudayan mengemukakan
bahwa sekolah dapat:
a)
melaksanakan
program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan lingkungan dan membantu
lalu lintas di sekitar sekolah. Program sederhana seperti itu, secara perlahan
tapi pasti akan menumbuhkan simpati masyarakat.
b)
Mengadakan
open house yang dapat memberikan masyarakat luas untuk mengetahui program dan
kegiatan sekolah. Tentu saja dalam kesempatan semacam itu sekolah perlu
menonjolkan program-program yang menarik minat masyarakat.
c)
Mengadakan
buletin sekolah, majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat
kegiatan dan program sekolah untuk di informasikan kepada masyarakat.
d)
Mengundang
tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu program sekolah. Misalnya
mengundang dokter yang tinggal di sekitar sekolah atau orang tua murid untuk
menjadi pembicara atau pengguna program kesehatan sekolah.
e)
Membuat
program kerjasama sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam perayaan hari
nasional dan keagamaan.
Dalam menyusun dan melaksanakan
program tersebut tokoh masyarakat harus
dilibatkan sehingga dapat berperan mempromosikan kepada masyarakat luas. Secara
lebih operasional, sekolah dapat menggalang partisipasi masyarakat melalui
dewan sekolah, rapat bersama, konsultasi, radio dan televisi, surat dan
telepon, pameran sekolah serta cermah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
- Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam istilah:
sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola pola
interaksi, hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dari jabatan
administratif dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.
- Dalam
rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan paradigma baru
manajemen pendidikan, disarankan perlunya memberdayakan masyarakat dan
lingkungan sekolah secara optimal.
- Menurut
Sutisna ada beberapa maksud hubungan antara kepala sekolah dengan
masyarakat yang diantaranya adalah:
a)
untuk
mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan saran-saran dari sekolah
b)
untuk
menilai program sekolah
c)
untuk
mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak
didik
d)
untuk
mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era
pembangunan
e)
untuk
membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah
f)
untuk
memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah
g)
untuk
mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program
sekolah.
- Beberapa
pendekatan yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dan tenaga
kependidikan untuk menggalang partisipasi masyarakat;
a)
melibatkan
masyarakat dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat sosial
kemasyarakatan, seperti bakti sosial, perpisahan, peringatan hari besar
nasional, keagamaan, dan pentas seni.
b)
mengidentifikasi
tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada
umumnya.
c)
melibatkan
tokoh masyarakat tersebut dalam berbagai program dan kegiatan sekolah.
d)
memilih
waktu yang tepat untuk melibatkan masayarakat sesuai dengan kondisi dan
perkembangan masyarakat.
5.
Dalam
rangka menggalang partisipasi masyarakat, Depertemen pendidikan dan Kebudayan
mengemukakan bahwa sekolah dapat:
a)
melaksanakan
program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan lingkungan dan membantu
lalu lintas di sekitar sekolah.
b)
Mengadakan open house yang dapat memberikan
masyarakat luas untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah.
c)
Mengadakan
buletin sekolah, majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat
kegiatan dan program sekolah untuk di informasikan kepada masyarakat.
d)
Mengundang
tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu program sekolah. Misalnya
mengundang dokter yang tinggal di sekitar sekolah atau orang tua murid untuk
menjadi pembicara atau pengguna program kesehatan sekolah.
e)
Membuat
program kerjasama sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam perayaan hari
nasional dan keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Irpan, Makalah
pendekatan dan studi efektifitas kepemimpinan. Malang: Pasca
Sarjana, 2007.
Komariah, Aan, Visionari leadership menuju sekolah efektif. Jakarta:
Bumi aksara,
2004.
Muhammad Shaleh, Peran Kepala Sekolah Dalam Pemberdayaan Guru. Makalah, 4
Maret
2007.
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah
Profesional. Bandung; Remaja Rosda Karya,
2005.
Oteng, Sutisna, Administrasi pendidikan, dasar teoritis
untuk praktek profesional.
Bandung: Angkasa, 1987.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan
kepala sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003.
[3] Wahjosumidjo, Kepemimpinan kepala
sekolah (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003), 15
[4] Irpan, Makalah pendekatan dan studi
efektifitas kepemimpinan ( Malang: Pasca Sarjana, 2007), 1
[5] Sutisna Oteng, Administrasi
pendidikan, dasar teoritis untuk praktek profesional (Bandung: Angkasa,
1987), 254
[6]Aan Komariah, Visionari leadership
menuju sekolah efektif (Jakarta: Bumi aksara, 2004), 80
[7] Muhammad Shaleh, Peran Kepala Sekolah.,,, (Makalah, 4 Maret 2007)
[8]
Ibid.
[9] Mulyasa, Menjadi Kepala
Sekolah Profesional (Bandung ;
Remaja Rosda Karya, 2005), 163
[10] Ibid, 164
[11] Ibid, 165
[12] Ibid, 166
[13] Ibid, 170
[14] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar