Sabtu, 31 Maret 2012

EFEKTIFITAS EFISIENSI DAN PRODUKTIFITAS


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam era kemandirian sekolah, tugas dan tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari pimpinan sekolah adalah menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, produktif, dan efisien dalam arti semakin bermanfaat bagi sekoah itu sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya.[1]
Pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat menghasilkan “ Manusia “ yang berkwalitas lahir batin. Otomatis bangsa tersebut akan maju, damai dan tenteram. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang di segala bidang.
Dewasa ini Pendidikan Nasional tengah menghadapi isu krusial. Isu yang paling sensitif terkait dengan mutu pendidikan, relevansi pendidikan, akuntabilitas, professionalisme, debirokrasi, prilaku pemimpin pendidikan, efektifitas, efisiensi dan produktifitas.
Input, proses, output dan outcomes merupakan kristalisasi dari pentingnya pencapaian efektifitas, efisiensi dan produktifitas dalam sebuah organisasi, termasuk bidang pendidikan. Bila diterapkan secara tepat, manajemen mutu terpadu merupakan metodologi yang dapat membantu para profesional pendidikan menjawab tantangan lingkungan masa kini.[2]  Manajemen mutu terpadu
dapat membantu pendidikan menyesuaikan diri dengan keterbatasab dan waktu.salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah meningkatkan efektifitas, efisiensi dan produktifitas yang tinggi.
Pada hakekatnya,  berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan ini disebabkan antara lain ; masalah manajemen pendidikan yang kurang tepat, penempatan tenaga tidak sesuai dengan bidang keahliaannya (termasuk didalamnya pengangkatan kepala madrasah / sekolah yang kurang professional bahkan hanya mengutamakan nuansa politis dari pada profesionalisme), penanganan masalah bukan pada ahlinya, pemerataan kesempatan, keterbatasan anggaran yang tersedia, sehingga tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan belum dapat diwujudkan secara signifikan.
Untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah, tetapi merupakan tanggungjawab dari semua pihak termasuk didalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai customer internal dan eksternal dari sebuah lembaga pendidikan. Arcaro S Jerome menyampaikan  bahwa terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu yaitu : 1) Fokus pada pelanggan. 2) Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan berkelanjutan.[3]
Mutu produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara optimal  mulai dari tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan dan  termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
Sebuah lembaga pendidikan sekolah menjadi alternatif pilihan, jika sekolah tersebut mampu memenuhi kebutuhan “pasar” yang diperlukan masyarakat. Oleh sebab itu sistem manajemen pengelolaan sekolah menjadi dasar utama dalam mengembangkan mutu sekolah. Berbicara tentang mutu di sini tidak bisa dipisahkan dari kualitas program yang ditawarkan dan out put pendidikan yang dihasilkan.
Bahkan juga kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat, sehingga kompetensi yang diharapkan menjadi samar oleh idealisme yang “melangit” tidak mampu “membumi” dalam realitas kemanfaatan out put pendidikan yang memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.
Untuk memperjelas orientasi dalam pengelolaan suatu lembaga pendidikan Islam ini, efektifitas, efisiensi, dan produkktifitas menjadi prasarat utama. Bagaimana mengelola lembaga pendidikan yang memiliki daya tarik dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat ?.




















BAB II
PEMBAHASAN

1.      EFEKTIFITAS
Efektifitas secara etimologi berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan mujarab, dapat membawa hasil.[4]
Dengan demikian dalam pengelolaan sekolah, efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah.
Efektifitas pendidikan dalam setiap tahapannya berproses pada das sollen dan das sein dengan indikator-indikator sebagai berikut:[5]
  1. Indikator input, meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.
  2. Indikator proses, meliputi prilaku administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik.
  3. Indikator out put, berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik meliputi hasil prestasi belajar, sikap, keadilan dan persamaan.
  4. Indikator out come, meliputi jumlah lulusan ketingkat pendidikan berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta pendapatan .
Efektifitas sekolah merupakan fenomena yang mengandung banyak segi. Sedikit sekali orang yang dapat memaksimalkan keefektifitasan sesuai dengan keefektifitasan itu sendiri atau dapat dikatakan sebagai konsepsi yang amat bersifat esklusive yang harus didefinisikan secara jelas.
Secara umum teori keektifitasan berorentasi pada tujuan.[6] Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan ahli tentang keefektifan seperti yang ditengahkan Etzioni bahwa keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuan, sedangkan menurut Steert keefektifan adalah menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan yang akan dicapai, dan menurut Sergovani keefektifan organisasi adalah kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan.[7]
Efektifitas menunjukkan ketercapaian sasaran / tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan kemampuanya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan untuk tetap hidup.
Organissi yang betul-betul efektif adalah organisasi yang mampu menciptakan suasana kerja. Dimana  para pekerja tidak hanya melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya, tetapi juga membuat suasana supaya pekerja lebih bertanggung jawab, tidak secara kreatif demi peningkatan secara efisien dalam usaha mencapai tujuan.
Efektifitas menunjukkan ketercapian  sasaran / tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas sekolah terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga pendidik, dan personel lainya: siswa, kurikulun, sarana–prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakat; pengelolaan bidang khusus lainya hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan / kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas dapat juga di telaah dari :
1.      Masukan yang merata
2.      Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi
3.      Ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun
4.      Pendapatan lulusan yang memadai.
Sedangkan beberapa hal yang mempengaruhi efektifitas belajar adalah minat dan bakat, motivasi belajar, tujuan yang hendak dicapai, cara belajar, perrencanaan kegiatan akademik dan disiplin diri.[8]
Makmun menegaskan bahwa efektifitas sekolah pada dasarnya menunujukkan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai (achuevemen atau observed out put) dengan hasil yang diharapkan (objectives, targets, intended oiy put) sebagaiman telah ditetapkan.[9] Parameternya dapat dinyatakan sebagai angka nilai rasio antara jumlah hasil (kelulusan, produk jasa, produk barang, dan sebagainya) yang dicapai dalam kurun waktu tertentu berbanding dengan jumlah (unsur yang serupa) yang memproyeksikan atau di tergetkan dalam kurun waktu tersebut.

2.      EFESIENSI
Jika efektifitas perbandingan antara rencana dengan tujuan yang akan dicapai maka, maka efisiensi lebih di tekankan pada perbandingan  input/sumberdaya dengan out put. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat di capai secara maksimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal.[10] Sedangkan simon mengartikan sebagai perbandingan antara input dan out put, tenaga dan hasil, perbelanjaan dan masukan, biaya dan kesenangan yang di hasilkan. Engkoswara melihat efisiensi sekolah, sebagai kegairahan atau motivasi belajar yang tinggi, semangat kerja besar, kepercayaan berbagai pihak dan pembiayaan, waktu, dan tenaga yang sekecil mungkin tetapi hasil yang besar.
Efisiensi dapat di klasifikasikan  menjadi efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjuk pada hubungan antara out put pendidikan (prestasi belajar) dan input (sumber daya) yang digunakan untuk memproses atau menghasilkan out put pendidikan. Efisiensi internal sering di ukur biaya efektifitas. Jadi, Efisiensi internal system pendidikan  di nyatakan oleh rasio cost efectivenes- nya. Mengukur cost efectifnes adalah dengan membandingkan out put yang segera dari sistem dengan keuntungan akhirnya (unlimate benefits). Terdapat  tiga (3) kategori teknik untuk memperbaiki efesiensi sistem pendidikan seperti yang di kemukakan Coomb dan Halack Yaitu;[11]
1.      Efesiensi dapat diperbaiki dengan merubah jumlah, kualitas dan proporsi input atau dengan menggunakan input-input yang ada secara lebih intensif, tanpa mengubah secara mendasar kondisi dan teknologi yang ada atau fungsi produksi;
2.      Tahap berikutnya, efisiensi dapat ditingkatkan dengan memodifikasi rancangan dasar sistem secara substansional, meliputi pengenalan komponen-komponen dan tehnologi baru yang berbeda, seperti pengajaran tim, televisi pendidikan, dan laboratorium bahasa.
3.      Pendekatan yang lebih radikal untuk memperbaiki efisiensi yang ada untuk merancang alternatif baru ”sistem belajar mengajar” yang membedakan secara radikal dari yang konvensional.

3.      PRODUKTIVITAS
Prodiktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (out put) dengan jumlah sumberdaya yang digunakan (input).[12] Di dalam ilmu ekonomi, produktifitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil kegiatan (out put atau keluaran) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input masukan).[13]
Sedangkan dalam konteks perusahaan produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari  manajemen,  tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta  waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk.[14] Dalam perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah kalau hari ini karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari sekarang.

Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas out put berupa jumlah tamatan, kuantitas input  berupa jumlah tenaga-tenaga kerja sekolah, dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya). Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang. Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan menggunakan metode dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan mendapatkan respon positif bahkan pujian dari orang lain dari hasil kerjanya.
Dalam konteks manajemen produktivitas sangat berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. Shrode dan Voich seperti yang dikutip Fatah, mengatakan bahwa tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan.[15] Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.
Apabila produktivitas merupakan tujuan, maka perlu dipahami makna produktivitas itu sendiri. Fatah membatasi produktivitas sebagai ukuran kuantitas dan kualitas kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya. Produktivitas itu sendiri dipengaruhi perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja manusia. Pengertian konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai dengan perilaku.
Produktifitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Thomas dalam Mulyasa mengemukakan bahwa produktifitas pendidikan dapat ditinjau dari 3 dimensi sebagai berikut:[16]
1.      Meninjau produktifitas sekolah dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar dan seberapa baik layanan yang dapat diberikan dalam proses pendidikan, baik oleh guru kepala sekolah maupun pihak lain yang berkepentingan.
2.      Meninjau produktifitas dari segi keluaran perubahan prilaku, dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periode belajar tertentu di sekolah.
3.      Melihat produktifitas sekolah dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Hal ini mencakup “harga” layanan yang diberikan (pengorbanan atau cost) dan “perolehan” yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut “peningkatan nilai baik“.
Kajian dari pendidikan secara lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan sekolah, seperti dijelaskan Thomas yang mengemukakan tiga (3) pendekatan mengukur produktivitas, yaitu sebagai berikut.[17]
  1. The Administrator’s Produck Function memfokuskan pada tatanan lembaga dalam mekanisme kepemimpinan dan managemen yang memberikan perhatian pada kepuasan pelanggan, terutama pada peran pemimpin satuan pendidikan dalam memberikan layanan terhadp consumer. Semakin banyak dan semakin memuaskan pelayanan yang diberikan lembaga terhadap consumer maka semakin produktif lembaga terebut. Dalam kualitas pelayanan, harapan pelanggan merupakan standar nilai atau patokan referensi untu menentukan performa kulitas pelayanan. Menurut Parasuraman terdapat lima (5) penentu kualitas pelayanan (Service Quality).
a)      Tangibles, adalah penampilan fisik, peralatan, personal, dan materi komunikasi
b)      Reliabelity, adalah kemampuan untuk menyelenggarakan atau menyampaikan pelayanan dengan tepat dan terpercaya.
c)      Responsivinees, keinginan membantu atau menolong pelanggan dengan menyediakan pelayanan yang tepat.
d)     Assurance, adalah kapabilitas para personal yang menguasai pekerjaan dan kesantunan budi pekerti dalam memberikan pelayanan menimbulkan sikap percaya dan keyakinan terhadap produk/jasa yang diberikan. Assurance pelayanan mencangkup competense, yaitu pengetahuan dan kemampuan personal dalam menyampaikan jasa; courtesy yaitu keramahan, persabatan, dan memberikan penghargaan dalam berhubungan; credibility yaitu memberikan pelayanan dan memegang teguh kepercayaan dan keyakinan pelanggan; security yaitu pelayanan harus bebas resiko bahaya dan keraguan.
  1. The Psychology production Function menitikberatkan pada perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil belajar. Produktivitas dapat diukur dari perilaku siswa, hasil dari proses mengajar yang memenuhi kebutuhan belajar siswa secara karakteristik dan tugas siswa serta mengembangkan potensi awal secara menyeluruh.
Karakteristik mutu proses ditinjau dari siswa yang belajar adalah proses pendidikan yang bermutu menempatkan hak dan kewajiban siswa (pupil right and responsibillty) dalam posisi yang penting, terutama untuk menjamin peningkatan harga diri siswa (raising pupil self esteem). Sekolah memasukkan dimensi ini sebagai program kerja dan aturan sekolah agar disosialisasikan dalam kehidupan sekolah sehingga siswa sadar akan tanggung jawabnya di sekolah dan menjalankan semua kewajibanya. Di samping itu, kesadaran akan hak dan tanggung jawab siswa dan sekolah memudahkan dalam mengontrol perilaku-perilaku yang baik atau menyimpang secara kelembagaan dan dijadikan sebagai control of work.   
  1. The Economist’s Production Function adalah mengukur produktivitas dari benefit atau keuntungan yang diperoleh siswa setelah melakukan pengorbanan waktu, tenaga, uang, dan yang lainya. Pendidikan dalam hal ini dipandang sebagai human capital atau penanaman sumber daya manusia yang menghasilkan manfaat luar biasa.
Dari aspek ekonomi pendidikan dianggap sebagai investasi yang dapat dikaji dari biaya produksi (proses pendidikan) dan aspek keuntungan (hasil) atau manfaat secara perorangan maupun manfaat sosial. Pendidikan yang produktif adalah pendidikan yang memiliki benefit terhadap individu yang melakukan berupa kemampuan, keahlian yang relevan dengan kehidupan dan dapat menolong diri dan keluarga dalam kehidupanya. Pendidikan yang produktif mampu menciptakan keuntungan sosial atau social benefit sebagai akibat seluruh lulusan untuk menciptakan kehidupan yang bermutu dan menguntungkan lingkungan.
Investasi human capital merupakan investasi sumberdaya manusia yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan diyakini sebagai bentuk investasi sumber daya manusia yang mampu meningkatkan produktivitas, baik dibidang pendidikan maupun pertumbuhan ekonomi.
Gary mengatakan bahwa human capital bukan berarti mengeksploitasi manusia secara membabi buta, tatapi melihat analisis investasi manusia secara luas dan terarah. Memakai konsep human capital bukanlah memperlakukan manusia seperti benda mati (mesin atau alat), tetapi manusia adalah investasi yang terus menerus harus dikembangkan.[18] Dalam teori human capital, pendidikan atau latihan yang harus dilakukan organisasi atau individuakan berdampak pada peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan produktifitas di masa kini dan yang akan datang. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang positif antara investasi human capital dengan hasil pendidikan dan latihan.   

















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.      Dalam era kemandirian sekolah, tugas dan tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari pimpinan sekolah adalah menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, produktif, dan efisien dalam arti semakin bermanfaat bagi sekoah itu sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya
2.      Efektifitas secara etimologi berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan mujarab, dapat membawa hasil.
3.      Efektifitas pendidikan dalam setiap tahapannya berproses pada das sollen dan das sein dengan indikator-indikator sebagai berikut:
a)            Indikator input, meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.
b)            Indikator proses, meliputi prilaku administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik.
c)            Indikator out put, berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik meliputi hasil prestasi belajar, sikap, keadilan dan persamaan.
d)           Indikator out come, meliputi jumlah lulusan ketingkat pendidikan berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta pendapatan
4.      Efektivitas dapat juga di telaah dari :
a)      Masukan yang merata
b)      Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi
c)      Ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun
d)     Pendapatan lulusan yang memadai.
5.      Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat di capai secara maksimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal.
6.      Prodiktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (out put) dengan jumlah sumberdaya yang digunakan (input).
7.       Di dalam ilmu ekonomi, produktifitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil kegiatan (out put atau keluaran) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input masukan).
8.      Sedangkan dalam konteks perusahaan produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari  manajemen,  tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta  waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk.
9.      ada tiga (3) pendekatan untuk mengukur produktivitas, diantaranya adalah:
a)      The Administrator’s Produck Function memfokuskan pada tatanan lembaga dalam mekanisme kepemimpinan dan managemen yang memberikan perhatian pada kepuasan pelanggan, terutama pada peran pemimpin satuan pendidikan dalam memberikan layanan terhadp consumer.
b)      The Psychology production Function menitikberatkan pada perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil belajar.
c)      The Economist’s Production Function adalah mengukur produktivitas dari benefit atau keuntungan yang diperoleh siswa setelah melakukan pengorbanan waktu, tenaga, uang, dan yang lainya.

DAFTAR PUSTAKA
Arcoro, Jerome S, Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
http://mawardiumm.blogspot.com/2008/02/efektivitas-efisiensi-dan-produktivitas.html
Komariah, Aan, Visionary Leadership. Jakarta; Bumi Aksara, 2005.
Nasution, Manajemen Mutu TerpaduI. Bogor: Galia Indonesia, 2005.
Santoso, Tomas B, Manajemen Sekolah Masa Kini, Pendidikan Net Work.
Sudarman, Paryati, Belajar Efektif Di Perguruan Tinggi. Bandung: Remaja Rosdakarya,   


[1] Tomas B Santoso, Manajemen Sekolah Masa Kini, Pendidikan Net Work.
[2] Jerome S Arcoro, Pendidikan Berbasis Mutu ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 10
[4] http://mawardiumm.blogspot.com/2008/02/efektivitas-efisiensi-dan-produktivitas.html
[5]Aan Komariah, Visionary Leadership (Jakarta; Bumi Aksara, 2005), 7
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Paryati Sudarman, Belajar Efektif Di Perguruan Tinggi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 77
[9] Aan, Visionary…,7
[10] Ibid., 18
[11] Ibid.
[12] Ibid., 16
[13] Nasution, Manajemen Mutu TerpaduI (Bogor: Galia Indonesia, 2005), 281
[16] http://mawardiumm.blogspot.com/2008/02/efektivitas-efisiensi-dan-produktivitas.html
[17] Aan, Visionary…,16
[18] Ibid., 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar