BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era kemandirian sekolah, tugas dan tanggung jawab
yang pertama dan yang utama dari pimpinan sekolah adalah menciptakan sekolah
yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, produktif, dan efisien dalam arti
semakin bermanfaat bagi sekoah itu sendiri dan bagi masyarakat luas
penggunanya.[1]
Pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung
pada pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat
menghasilkan “ Manusia “ yang berkwalitas lahir batin. Otomatis bangsa
tersebut akan maju, damai dan tenteram. Sebaliknya jika pendidikan suatu bangsa
mengalami stagnasi maka bangsa itu akan terbelakang di segala bidang.
Dewasa ini
Pendidikan Nasional tengah menghadapi isu krusial. Isu yang paling sensitif
terkait dengan mutu pendidikan, relevansi pendidikan, akuntabilitas,
professionalisme, debirokrasi, prilaku pemimpin pendidikan, efektifitas,
efisiensi dan produktifitas.
Input, proses,
output dan outcomes merupakan kristalisasi dari pentingnya pencapaian efektifitas,
efisiensi dan produktifitas dalam sebuah organisasi, termasuk bidang
pendidikan. Bila diterapkan secara tepat, manajemen mutu terpadu merupakan
metodologi yang dapat membantu para profesional pendidikan menjawab tantangan
lingkungan masa kini.[2] Manajemen mutu terpadu
dapat membantu pendidikan menyesuaikan diri dengan keterbatasab dan waktu.salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah meningkatkan efektifitas, efisiensi dan produktifitas yang tinggi.
dapat membantu pendidikan menyesuaikan diri dengan keterbatasab dan waktu.salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah meningkatkan efektifitas, efisiensi dan produktifitas yang tinggi.
Pada hakekatnya, berbagai upaya yang telah
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan ini
disebabkan antara lain ; masalah manajemen pendidikan yang kurang tepat,
penempatan tenaga tidak sesuai dengan bidang keahliaannya (termasuk didalamnya
pengangkatan kepala madrasah / sekolah yang kurang professional bahkan hanya
mengutamakan nuansa politis dari pada profesionalisme), penanganan masalah
bukan pada ahlinya, pemerataan kesempatan, keterbatasan anggaran yang tersedia,
sehingga tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan belum dapat
diwujudkan secara signifikan.
Untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang bermutu
sebagaimana yang diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya menjadi
tanggungjawab sekolah, tetapi merupakan tanggungjawab dari semua pihak termasuk
didalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai customer internal dan eksternal
dari sebuah lembaga pendidikan. Arcaro S Jerome menyampaikan bahwa
terdapat lima karakteristik sekolah yang bermutu yaitu : 1) Fokus pada
pelanggan. 2) Keterlibatan total 3) Pengukuran 4) Komitmen 5) Perbaikan
berkelanjutan.[3]
Mutu produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana
lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara optimal mulai dari tenaga
kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana pendidikan, keuangan
dan termasuk hubungannya dengan masyarakat. Pada kesempatan ini, lembaga
pendidikan Islam harus mampu merubah paradigma baru pendidikan yang
berorientasi pada mutu semua aktifitas yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya
mengarah pencapaian pada mutu.
Sebuah
lembaga pendidikan sekolah menjadi alternatif pilihan, jika sekolah tersebut
mampu memenuhi kebutuhan “pasar” yang diperlukan masyarakat. Oleh sebab itu
sistem manajemen pengelolaan sekolah menjadi dasar utama dalam mengembangkan
mutu sekolah. Berbicara tentang mutu di sini tidak bisa dipisahkan dari
kualitas program yang ditawarkan dan out put pendidikan yang dihasilkan.
Bahkan
juga kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat, sehingga kompetensi yang
diharapkan menjadi samar oleh idealisme yang “melangit” tidak mampu “membumi”
dalam realitas kemanfaatan out put pendidikan yang memiliki pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.
Untuk memperjelas orientasi dalam pengelolaan suatu lembaga pendidikan Islam ini, efektifitas, efisiensi, dan produkktifitas menjadi prasarat utama. Bagaimana mengelola lembaga pendidikan yang memiliki daya tarik dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat ?.
Untuk memperjelas orientasi dalam pengelolaan suatu lembaga pendidikan Islam ini, efektifitas, efisiensi, dan produkktifitas menjadi prasarat utama. Bagaimana mengelola lembaga pendidikan yang memiliki daya tarik dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat ?.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
EFEKTIFITAS
Efektifitas secara
etimologi berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan
mujarab, dapat membawa hasil.[4]
Dengan demikian
dalam pengelolaan sekolah, efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua
tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif
dari masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya dan sumber belajar
untuk mewujudkan tujuan sekolah.
Efektifitas pendidikan dalam setiap tahapannya berproses pada das sollen
dan das sein dengan indikator-indikator sebagai berikut:[5]
- Indikator
input, meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan materi
pendidikan serta kapasitas manajemen.
- Indikator
proses, meliputi prilaku administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi
waktu peserta didik.
- Indikator out put, berupa
hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik meliputi hasil prestasi
belajar, sikap, keadilan dan persamaan.
- Indikator out come, meliputi
jumlah lulusan ketingkat pendidikan berikutnya, prestasi belajar di
sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta pendapatan .
Efektifitas
sekolah merupakan fenomena yang mengandung banyak segi. Sedikit sekali orang
yang dapat memaksimalkan keefektifitasan sesuai dengan keefektifitasan itu
sendiri atau dapat dikatakan sebagai konsepsi yang amat bersifat esklusive yang
harus didefinisikan secara jelas.
Secara umum
teori keektifitasan berorentasi pada tujuan.[6]
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan ahli tentang keefektifan
seperti yang ditengahkan Etzioni bahwa keefektifan adalah derajat dimana
organisasi mencapai tujuan, sedangkan menurut Steert keefektifan adalah
menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan
tujuan yang akan dicapai, dan menurut Sergovani keefektifan organisasi adalah
kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan.[7]
Efektifitas
menunjukkan ketercapaian sasaran / tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas
organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan
dan kemampuanya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan untuk
tetap hidup.
Organissi yang betul-betul efektif adalah organisasi yang mampu menciptakan
suasana kerja. Dimana para pekerja tidak
hanya melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya, tetapi juga membuat
suasana supaya pekerja lebih bertanggung jawab, tidak secara kreatif demi peningkatan
secara efisien dalam usaha mencapai tujuan.
Efektifitas menunjukkan ketercapian
sasaran / tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas sekolah terdiri dari
dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga pendidik, dan personel
lainya: siswa, kurikulun, sarana–prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah
dan masyarakat; pengelolaan bidang khusus lainya hasil nyatanya merujuk kepada
hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan / kemiripan antara hasil
nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas dapat juga di telaah dari :
1.
Masukan yang merata
2. Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi
3. Ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat yang sedang membangun
4. Pendapatan lulusan yang memadai.
Sedangkan
beberapa hal yang mempengaruhi efektifitas belajar adalah minat dan bakat,
motivasi belajar, tujuan yang hendak dicapai, cara belajar, perrencanaan
kegiatan akademik dan disiplin diri.[8]
Makmun
menegaskan bahwa efektifitas sekolah pada dasarnya menunujukkan tingkat
kesesuaian antara hasil yang dicapai (achuevemen atau observed out put) dengan
hasil yang diharapkan (objectives, targets, intended oiy put) sebagaiman
telah ditetapkan.[9]
Parameternya dapat dinyatakan sebagai angka nilai rasio antara jumlah hasil
(kelulusan, produk jasa, produk barang, dan sebagainya) yang dicapai dalam
kurun waktu tertentu berbanding dengan jumlah (unsur yang serupa) yang
memproyeksikan atau di tergetkan dalam kurun waktu tersebut.
2.
EFESIENSI
Jika efektifitas perbandingan antara
rencana dengan tujuan yang akan dicapai maka, maka efisiensi lebih di tekankan
pada perbandingan input/sumberdaya
dengan out put. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat di capai
secara maksimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal.[10]
Sedangkan simon mengartikan sebagai perbandingan antara input dan out
put, tenaga dan hasil, perbelanjaan dan masukan, biaya dan kesenangan yang
di hasilkan. Engkoswara melihat efisiensi sekolah, sebagai kegairahan atau
motivasi belajar yang tinggi, semangat kerja besar, kepercayaan berbagai pihak
dan pembiayaan, waktu, dan tenaga yang sekecil mungkin tetapi hasil yang besar.
Efisiensi
dapat di klasifikasikan menjadi efisiensi
internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal menunjuk pada hubungan
antara out put pendidikan (prestasi belajar) dan input (sumber
daya) yang digunakan untuk memproses atau menghasilkan out put
pendidikan. Efisiensi internal sering di ukur biaya efektifitas. Jadi,
Efisiensi internal system pendidikan di
nyatakan oleh rasio cost efectivenes- nya. Mengukur cost efectifnes
adalah dengan membandingkan out put yang segera dari sistem dengan
keuntungan akhirnya (unlimate benefits). Terdapat tiga (3) kategori teknik untuk memperbaiki
efesiensi sistem pendidikan seperti yang di kemukakan Coomb dan Halack Yaitu;[11]
1. Efesiensi dapat diperbaiki dengan merubah
jumlah, kualitas dan proporsi input atau dengan menggunakan input-input
yang ada secara lebih intensif, tanpa mengubah secara mendasar kondisi dan
teknologi yang ada atau fungsi produksi;
2. Tahap berikutnya, efisiensi dapat ditingkatkan
dengan memodifikasi rancangan dasar sistem secara substansional, meliputi
pengenalan komponen-komponen dan tehnologi baru yang berbeda, seperti
pengajaran tim, televisi pendidikan, dan laboratorium bahasa.
3. Pendekatan yang lebih radikal untuk
memperbaiki efisiensi yang ada untuk merancang alternatif baru ”sistem
belajar mengajar” yang membedakan secara radikal dari yang konvensional.
3. PRODUKTIVITAS
Prodiktivitas
adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (out put) dengan
jumlah sumberdaya yang digunakan (input).[12]
Di dalam ilmu ekonomi, produktifitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil
kegiatan (out put atau keluaran) dan segala pengorbanan (biaya) untuk
mewujudkan hasil tersebut (input masukan).[13]
Sedangkan
dalam konteks perusahaan produktivitas adalah rasio output dan input suatu
proses produksi dalam periode tertentu. Input terdiri dari
manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, dan peralatan serta waktu.
Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan, pangsa pasar, dan
kerusakan produk.[14]
Dalam perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah kalau hari ini
karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari sekarang.
Produktivitas
dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas out put
berupa jumlah tamatan, kuantitas input
berupa jumlah tenaga-tenaga kerja sekolah, dan sumberdaya selebihnya (uang,
peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya). Produktivitas dalam ukuran
kualitas tidak dapat diukur dengan uang. Produktivitas ini digambarkan dari
ketepatan menggunakan metode dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban
kerja dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan mendapatkan respon
positif bahkan pujian dari orang lain dari hasil kerjanya.
Dalam
konteks manajemen produktivitas sangat berkaitan dengan peningkatan mutu
pendidikan. Shrode dan Voich seperti yang dikutip Fatah, mengatakan bahwa
tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan.[15]
Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti
peningkatan mutu pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi,
pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial.
Tujuan-tujuan ini ditentukan
berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi,
seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.
Apabila
produktivitas merupakan tujuan, maka perlu dipahami makna produktivitas itu
sendiri. Fatah membatasi produktivitas sebagai ukuran kuantitas dan kualitas
kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya. Produktivitas itu
sendiri dipengaruhi perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja manusia.
Pengertian konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai dengan
perilaku.
Produktifitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses
penataan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Thomas dalam Mulyasa mengemukakan bahwa
produktifitas pendidikan dapat ditinjau dari 3 dimensi sebagai berikut:[16]
1. Meninjau produktifitas sekolah
dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar dan seberapa baik
layanan yang dapat diberikan dalam proses pendidikan, baik oleh guru kepala
sekolah maupun pihak lain yang berkepentingan.
2. Meninjau produktifitas dari
segi keluaran perubahan prilaku, dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh
peserta didik sebagai suatu gambaran prestasi akademik yang telah dicapainya
dalam periode belajar tertentu di sekolah.
3. Melihat produktifitas sekolah
dari keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di
sekolah. Hal ini mencakup “harga” layanan yang diberikan (pengorbanan atau
cost) dan “perolehan” yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut
“peningkatan nilai baik“.
Kajian dari
pendidikan secara lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak dan
bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan sekolah, seperti
dijelaskan Thomas yang mengemukakan tiga (3) pendekatan mengukur produktivitas,
yaitu sebagai berikut.[17]
- The
Administrator’s Produck Function memfokuskan pada tatanan lembaga dalam mekanisme kepemimpinan dan
managemen yang memberikan perhatian pada kepuasan pelanggan, terutama pada
peran pemimpin satuan pendidikan dalam memberikan layanan terhadp consumer.
Semakin banyak dan semakin memuaskan pelayanan yang diberikan lembaga
terhadap consumer maka semakin produktif lembaga terebut. Dalam
kualitas pelayanan, harapan pelanggan merupakan standar nilai atau patokan
referensi untu menentukan performa kulitas pelayanan. Menurut Parasuraman terdapat
lima (5) penentu kualitas pelayanan (Service Quality).
a) Tangibles, adalah penampilan fisik, peralatan, personal,
dan materi komunikasi
b) Reliabelity, adalah kemampuan untuk menyelenggarakan atau
menyampaikan pelayanan dengan tepat dan terpercaya.
c) Responsivinees, keinginan membantu atau menolong pelanggan dengan
menyediakan pelayanan yang tepat.
d) Assurance, adalah kapabilitas para personal yang menguasai
pekerjaan dan kesantunan budi pekerti dalam memberikan pelayanan menimbulkan
sikap percaya dan keyakinan terhadap produk/jasa yang diberikan. Assurance
pelayanan mencangkup competense, yaitu pengetahuan dan kemampuan
personal dalam menyampaikan jasa; courtesy yaitu keramahan, persabatan,
dan memberikan penghargaan dalam berhubungan; credibility yaitu
memberikan pelayanan dan memegang teguh kepercayaan dan keyakinan pelanggan; security
yaitu pelayanan harus bebas resiko bahaya dan keraguan.
- The
Psychology production Function menitikberatkan pada perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil
belajar. Produktivitas dapat diukur dari perilaku siswa, hasil dari proses
mengajar yang memenuhi kebutuhan belajar siswa secara karakteristik dan
tugas siswa serta mengembangkan potensi awal secara menyeluruh.
Karakteristik
mutu proses ditinjau dari siswa yang belajar adalah proses pendidikan yang
bermutu menempatkan hak dan kewajiban siswa (pupil right and responsibillty)
dalam posisi yang penting, terutama untuk menjamin peningkatan harga diri siswa
(raising pupil self esteem). Sekolah memasukkan dimensi ini sebagai
program kerja dan aturan sekolah agar disosialisasikan dalam kehidupan sekolah sehingga
siswa sadar akan tanggung jawabnya di sekolah dan menjalankan semua
kewajibanya. Di samping itu, kesadaran akan hak dan tanggung jawab siswa dan sekolah
memudahkan dalam mengontrol perilaku-perilaku yang baik atau menyimpang secara
kelembagaan dan dijadikan sebagai control of work.
- The
Economist’s Production Function adalah mengukur produktivitas dari benefit atau keuntungan
yang diperoleh siswa setelah melakukan pengorbanan waktu, tenaga, uang,
dan yang lainya. Pendidikan dalam hal ini dipandang sebagai human
capital atau penanaman sumber daya manusia yang menghasilkan manfaat
luar biasa.
Dari aspek
ekonomi pendidikan dianggap sebagai investasi yang dapat dikaji dari biaya
produksi (proses pendidikan) dan aspek keuntungan (hasil) atau manfaat secara
perorangan maupun manfaat sosial. Pendidikan yang produktif adalah pendidikan
yang memiliki benefit terhadap individu yang melakukan berupa kemampuan, keahlian
yang relevan dengan kehidupan dan dapat menolong diri dan keluarga dalam kehidupanya.
Pendidikan yang produktif mampu menciptakan keuntungan sosial atau social
benefit sebagai akibat seluruh lulusan untuk menciptakan kehidupan yang
bermutu dan menguntungkan lingkungan.
Investasi human
capital merupakan investasi sumberdaya manusia yang mempunyai peranan
penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan diyakini sebagai
bentuk investasi sumber daya manusia yang mampu meningkatkan produktivitas,
baik dibidang pendidikan maupun pertumbuhan ekonomi.
Gary mengatakan
bahwa human capital bukan berarti mengeksploitasi manusia secara
membabi buta, tatapi melihat analisis investasi manusia secara luas dan
terarah. Memakai konsep human capital bukanlah memperlakukan manusia
seperti benda mati (mesin atau alat), tetapi manusia adalah investasi yang
terus menerus harus dikembangkan.[18]
Dalam teori human capital, pendidikan atau latihan yang harus dilakukan
organisasi atau individuakan berdampak pada peningkatan pengetahuan,
ketrampilan, dan produktifitas di masa kini dan yang akan datang. Hal ini
menunjukan adanya hubungan yang positif antara investasi human capital
dengan hasil pendidikan dan latihan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Dalam era
kemandirian sekolah, tugas dan tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari
pimpinan sekolah adalah menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin
efektif, produktif, dan efisien dalam arti semakin bermanfaat bagi sekoah itu
sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya
2. Efektifitas secara etimologi
berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur dan mujarab,
dapat membawa hasil.
3. Efektifitas pendidikan dalam
setiap tahapannya berproses pada das sollen dan das sein dengan indikator-indikator
sebagai berikut:
a)
Indikator input, meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan
materi pendidikan serta kapasitas manajemen.
b)
Indikator proses, meliputi prilaku administratif, alokasi waktu guru, dan
alokasi waktu peserta didik.
c)
Indikator
out put, berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik meliputi hasil
prestasi belajar, sikap, keadilan dan persamaan.
d)
Indikator
out come, meliputi jumlah lulusan ketingkat pendidikan berikutnya, prestasi
belajar di sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan serta pendapatan
4. Efektivitas dapat juga di telaah dari :
a)
Masukan yang merata
b) Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi
c) Ilmu dan keluaran yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat yang sedang membangun
d) Pendapatan lulusan yang memadai.
5. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila
tujuan dapat di capai secara maksimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber
daya yang minimal.
6. Prodiktivitas adalah perbandingan terbaik
antara hasil yang diperoleh (out put) dengan jumlah sumberdaya yang
digunakan (input).
7. Di
dalam ilmu ekonomi, produktifitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil
kegiatan (out put atau keluaran) dan segala pengorbanan (biaya) untuk
mewujudkan hasil tersebut (input masukan).
8. Sedangkan dalam konteks perusahaan produktivitas
adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu.
Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, dan
peralatan serta waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan,
pendapatan, pangsa pasar, dan kerusakan produk.
9. ada tiga (3) pendekatan untuk mengukur
produktivitas, diantaranya adalah:
a) The Administrator’s Produck Function memfokuskan pada tatanan lembaga dalam
mekanisme kepemimpinan dan managemen yang memberikan perhatian pada kepuasan
pelanggan, terutama pada peran pemimpin satuan pendidikan dalam memberikan
layanan terhadp consumer.
b) The Psychology production Function menitikberatkan pada perubahan perilaku
peserta didik sebagai hasil belajar.
c) The Economist’s Production Function adalah mengukur produktivitas dari benefit
atau keuntungan yang diperoleh siswa setelah melakukan pengorbanan waktu,
tenaga, uang, dan yang lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Arcoro,
Jerome S, Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
http://mawardiumm.blogspot.com/2008/02/efektivitas-efisiensi-dan-produktivitas.html
Komariah, Aan, Visionary Leadership. Jakarta;
Bumi Aksara, 2005.
Nasution,
Manajemen Mutu TerpaduI. Bogor: Galia Indonesia, 2005.
Santoso, Tomas B,
Manajemen Sekolah Masa Kini, Pendidikan Net Work.
Sudarman, Paryati, Belajar Efektif Di Perguruan Tinggi. Bandung:
Remaja Rosdakarya,
[1] Tomas B Santoso, Manajemen Sekolah
Masa Kini, Pendidikan Net Work.
[2] Jerome S Arcoro, Pendidikan Berbasis
Mutu ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 10
[4] http://mawardiumm.blogspot.com/2008/02/efektivitas-efisiensi-dan-produktivitas.html
[5]Aan Komariah, Visionary Leadership
(Jakarta; Bumi Aksara, 2005), 7
[7] Ibid.
[9] Aan, Visionary…,7
[11] Ibid.
[12] Ibid., 16
[13] Nasution, Manajemen Mutu TerpaduI (Bogor: Galia Indonesia,
2005), 281
[17] Aan, Visionary…,16
[18] Ibid., 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar